Rabu, 13 Januari 2021

Insecurity

Pernah suatu ketika, seorang adik tingkat tiba-tiba menghubungiku dan bertanya akan suatu hal. Aku lupa apa yang dia tanyakan di awal, tapi yang kuingat setelahnya adalah pertanyaan-pertanyaan random beruntun layaknya konsultasi wkwk dan aku menikmatinya. Selalu menyenangkan bagiku dapat berbagi dan menjadi salah satu yang dipertimbangkan masukannya. Dalam tengah sesi waktu itu lantas dia berucap, “kayaknya teteh ga pernah insecure ya?” lalu jawabku tertawa. Menertawai diri bahwa aku tidak seperti yang dia sangkakan. Layaknya manusia dan wanita pada utuhnya, aku pun bisa rapuh dan jatuh, hanya saja mungkin aku tidak menampakkan itu di khalayak ramai. Dulu aku pernah berada di tahap begitu peduli akan pandangan dan penilaian orang, takut dinilai buruk. Jujur. Aku tak munafikkan hal itu. And I think everybody been there. Tapi, seiring berjalannya waktu, pengalaman, dan kedewasaan, sedikit demi sedikit aku belajar menjadi orang yang bodo amat akan ‘how people look and staring at me’ dan fokus sama perbaikan diri sendiri aja. Sehingga setelahnya, setiap melakukan sesuatu, tidak pernah lagi berpikiran bagaimana orang memandang dan menilai. Allah tahu. Itu aja, cukup.

 

Keluarga, teman, sahabat, rekan bisnis, dan orang-orang yang melingkupi dalam aktivitas sehari-hari bukanlah orang yang sebenarnya kita kenal. Mungkin mereka jasad yang sama sepanjang waktu. Tapi hati, jiwa, ruh yang mengisinya bisa saja berbeda. Mereka tetaplah orang yang sama berdasar karakter genetisnya. Namun, mereka dapat berubah menyesuaikan lingkungan yang disinggahinya. Maka, menurutku kurang tepat jika kita merasa bahwa kita paling tahu dan kenal akan seseorang, even pasangan sendiri. Karena sejatinya manusia dinamis, dapat berubah-ubah, maka akan ada saja hal baru yang mungkin kita temukan dari orang-orang terdekat sekalipun. Serta, jangan pernah menaruh harap berlebih pada makhluk, karena hanya ada kecewa didapat. Berharaplah hanya kepada Allah, Dzat yang Maha Kekal.

 

Long story short, setelah sesi itu dia menaruh jawaban-jawabanku pada statusnya, mungkin itu pengajaran yang layak untuk orang dapatkan juga. Alhamdulillah..

 

Dalam realitanya, aku pun orang yang berperang, berjalan beriringan dengan sesuatu yang kita anggap ‘insecurity’. Sampai akhirnya aku melihat dan memahami, everybody has their own insecurity. Tak terkecuali orang yang kita sebut idola. Tapi coba selami lebih jauh, introspeksi dan muhasabah, ke-insecure-an itu hadir menurutku karena kita kurang bersyukur. Bersyukur untuk segala hal yang Allah kasih untuk kita. Again, manusia kadang berfokus pada hal yang tidak dipunya, pada sesuatu yang memang Allah tidak menakdirkannya untuk kita mau bagaimana pun kita berusaha menuju itu. That’s not your track dude! Maka mudah saja hidup, tidak ada rasa khawatir dan gelisah dengan rasa syukur dan ikhlas jangan lupa.

 

Sikapi segalanya dengan positif dan rendah hati agar hidayah dan pertolongan Allah selalu hadir menyapa. Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin dirinya akan selalu baik, maka kita perlu untuk selalu berdoa meminta diistiqomahkan dan tidak Allah belokkan lagi pada kejahiliyahan. Semoga Allah senantiasa genggam hati kita dalam rahman rahim-Nya.

 

Yuk bangkit lagi, semangat lagi, syurga tidak didapat dengan rebahan dan tenggadahan. Aku tahu kamu kuat, aku tau kamu bisa. Luv more!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar