Minggu, 16 Januari 2022

Time Goes So Fast | #2

Ini hari pertama gue ga pulang ke rumah sejak kerja di kantor sekarang. Mess yang sesepi itu, bikin gue merasa hidup ini seolah hampa. Padahal, empat hari kebelakang gue baru aja kunjungan industri sama 14 teman kantor lainnya ke daerah Yogya dan sekitarnya. Yang mana, hal ini perlu gue syukuri karena ga semua orang mendapakan kesempatan yang sama. Rasanya pengen selalu pulang, ternyata gue sekangen itu sama rumah, tempat dan orang-orang yang bikin gue nyaman. Di sisi lain, gue sangat menikmati kesunyian dan kesendirian ini yang sulit didapatkan di hari-hari biasa selain weekend. Maklum, karena mess cewek nyatu sama office dan kita tinggal banyakan, terkadang sulit mendapatkan pojokan untuk menyendiri. Throw back till now, entah bagaimana pun kondisinya, gue selalu ingin bersyukur dan bersyukur lagi atas apapun yang udah Allah kasih. Di dramatisir atau tidak, bukan juga perjalanan mudah untuk sampai di titik ini. Meski seringkali hidup tak sesuai rencana dan harapan. Tapi, pemasrahan dan penyerahan diri kepada Allah membuat gue tetap tenang dan tentram, bahwa Allah lebih mengetahui apa yang ada di depan, samping, dan belakang, yang manusia terbatasi melakukan penglihatan tersebut. Still, God is Good.

Tulisan ini lagi-lagi menyoal tentang refleksi perjalanan hidup yang semakin berjalan pesat dan tidak terbatasi ruang serta waktu. Begitu pergantian tahun terjadi, refleksi mengenai kontribusi dan usia, masih menjadi introspeksi utama yang kian melekat dalam pikiran. Menjajaki usia hampir seperempat abad, semakin bikin gue berpikir atas hidup dan kehidupan gue selama ini dihabiskan untuk apa. Kesalahan langkah dan keputusan di masa lalu mungkin akan terjadi pula di masa sekarang atau masa depan. Kedewasaan berpikir dan mengambil keputusan akan sangat berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan. Keraguan dan kebimbangan agaknya masih menjadi teman perjalanan yang menyertai, hanya semoga saja ke depannya, hal ini semakin bisa diminimalisir, sehingga pengambilan keputusan dan tindakan bisa sedikit lebih tepat.

Break through the line yang dulu coba gue lakukan, buahnya masih gue alami saat ini walaupun jadi terlihat seperti dua sisi mata pisau. Gue masih berprinsip, selama keduanya masih bisa dijalankan bersamaan, lantas mengapa kita harus memilih salah satu? Meskipun gue sedang kewalahan atas keteguhan ini, tapi proses itulah yang sejauh ini membuat gue mau untuk terus berkembang dan menjadi lebih dan lebih lagi. Beberapa kejadian mengingatkan gue bahwa ke-multitasking-an ini tidak selamanya sehat, gue hanya perlu bekerja lebih cepat dan efisien untuk menyelesaikan satu persatu agar dapat beralih fokus dari satu ke yang lainnya. Persimpangan dilematis yang beririsan, gue cuma bisa mengandalkan bantuan dan pertolongan Allah tanpa mengesampingkan ikhtiar semaksimalkan mungkin agar Allah pun ridho terhadap tujuan apa yang ingin gue capai, sehingga akan sesulit apapun perjalanannya, gue tau akan selalu ada Allah yang berjalan beriringan untuk selalu menguatkan langkah.

Kuatkan hati, mantapkan langkah. Ingat, surga tidak didapat dengan rebahan dan tenggahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar