Kemarin gue nonton salah satu video di youtube. Mungkin kalian yang nonton juga, bakal tau video siapa yang gue maksud. Tapi gue bukan mau bahas itu video. Gue jadi kepikirin aja tentang hal ini dan emang udah lama kepikiran tapi belum tau judul apa yang tepat dan isinya mau ngomongin apa. Well, thanks to master against the world yang udah bikin gue jadi keidean.

Hmm gue gatau sejak kapan, tapi udah dari lama gue selalu ngebiasain diri buat baca berita atau knows what's happening today setiap pagi. Kalaupun ga di pagi hari, intinya gue suka sempetin baca berita atau apa yang lagi happening sekarang setiap harinya. Dulu si gue mikirnya biar nambah pengetahuan, ga dianggep kudet, dan biar sukses haha.

Dulu tu gue sempet dibilang kalo mau jadi orang sukses, ya harus ngelakuin kebiasaan-kebiasaan orang-orang sukses. Salah satunya dengan baca koran atau berita hehe. Seiring berjalannya waktu, gue bisa bilang banyak banget manfaat yang didapet selain yang gue sebut di atas. Ini menurut gue ya, bisa jadi lo ngerasain yang beda.
1.   Gue jadi lebih bisa melihat masalah atau suatu hal dari sudut pandang yang berbeda,
2.   Lebih aware sama dunia sekitar,
3.  Lebih kritis atau skeptis terhadap suatu hal, maksud skeptis di sini tu gue ga langsung masukin setiap informasi yang gue terima tapi lebih digali lagi entah dari sumber yang berbeda atau kadang gue cari secara scientific nya.
4.   Selain itu gue juga jadi lebih bijak, teliti, hati-hati, dan lebih bisa ngatur emosi. Karena setiap kita cari informasi, kita harus punya sikap terhadap info atau masalah tersebut. Mau diapakan info yang kita terima tersebut, mau diproses positifkah atau sebaliknya? Di sinilah bijak itu diperlukan. Teliti dan hati-hati dengan setiap berita yang kita baca. Because we are what we think. Salah satu yang mempengaruhi kita berpikir adalah sumber dari mana kita memasukkan info-info tersebut ke dalam otak. Maka itu kita harus teliti dan hati-hati ketika mencari sumber dan memasukkan info itu ke dalam otak, agar otak tidak salah dalam memahami dan memprosesnya.
5.  Attitude is important. Sikap itu diperlukan di mana pun. Salah satunya ketika mencari dan mencerna informasi yang didapat. Semua ada etikanya. Menyoal emosi, karena ketika gue baca, otomatis tergambarkan emosi atau reaksi yang harus dipilih terhadap hal tersebut. Apakah kita setuju, feeling well, apakah biasa aja, atau justru kesal tersulut emosi? Maka emosi menjadi poin penting untuk dikelola. Kek nya masih banyak manfaat yang secara ga sadar mungkin gue rasain juga. Kurang lebih gambarannya seperti itu.

Tapi sekarang gue kurang merasakan manfaat-manfaat di atas. Banyak artikel, berita, bahkan terkadang dari portal berita yang udah senior istilahnya, yang asal caplok. Isinya terkadang hanya seputar opini-opini penulis yang tidak diketahui kebenarannya. Isinya ga jauh beda sama laman sebelah cuma diubah kata-katanya. Diksi ga baku lah, kurang tepat lah, strukturnya ga jelas, dll. Gue prihatin kadang bacanya. Ini apaan? Penting yang kaya gini dijadiin bahan berita atau artikel? Emang harus ya sampe yang kaya gini harus semua orang tau? Gossip seputar selebrities. Gimana si berita yang bagus dan layak baca sebenernya? Perasaan dulu ga gini-gini amat. Jarang hampir ga pernah malah. Namanya aja gossip, kabar burung, yang kita gatau aslinya gimana. Dan lagian ngapain sih kita ngepoin hidup orang? Mending ngurusin hidup sendiri. Kita sendiri aja belum tentu ke urus. Ini malah ngurusin hidup orang hehe. Aneh si kenapa orang Indo itu kepo banget. Di pelihara lagi. Biarlah orang dengan kehidupannya dan kita dengan kehidupan kita. Lain lagi masalahnya kalau dia sendiri yang mengumbar kehidupan pribadinya. Kalau udah jenuh kadang gue suka lari ke berita global, yang menurut gue lebih menarik. Hehe. Tapi tetep aja gue gabisa lepas pandang dan ga merhatiin kedaan negeri tercinta ini.

Zaman berubah dan pelaku kehidupannya pun kian menyesuaikan. Sekarang orang mau jadi apa aja bisa. Banyak pekerjaan yang ga ada label dan namanya. Setiap perubahan dan gebrakan pasti selalu menghasilkan sisi positif dan negatifnya. Quotes umumnya sih, bagai dua sisi mata uang. Positifnya mungkin membuka banyak lapangan pekerjaan baru, menjadi wadah bagi mereka yang tertarik dengan dunia ke-jurnalis-an, memberi hak kepada siapa saja yang mau berkarya dan ingin maju, dsb. Sedangkan sisi negatifnya seperti yang gue bilang di atas, mungkin ada ketidaksiapan tersendiri dari masyarakat dalam menerima perubahan dan belum mature ataupun bijak dalam menyikapi banyak hal, terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan. Menebar benih lebih mudah daripada memperbaiki akibatnya. Mungkin inilah mengapa berita-berita sekarang bisa dibilang kurang bermutu dan kurang mendidik. Karena siapa aja bisa jadi writer dan boom langsung tersebar di dunia maya. Sehingga kurang tersaring dan kurang ter-edit. Karena bukan orang-orang yang memang ahli di bidangnya. Walaupun banyak orang-orang yang memang potensial mengambil ini sebagai side job mereka atau bahkan menjadi pekerjaan utama walaupun latar belakang pendidikan mereka bukan di bidang media dan jurnalistik.

Menurut gue kalau udah gini, balik lagi ke pribadi kita masing-masing. Mau posisi kita sebagai yang menulis ataupun netizen yang membaca kita harus sama-sama bijak dan berpikir, introspeksi diri, mana informasi yang layak untuk dijadikan bahan berita dan mana informasi yang layak untuk dibaca dijadikan bahan referensi. Untuk mereka yang masih berkeinginan untuk menulis, tulislah yang baik-baik, yang bisa memberi manfaat bagi dirinya dan orang banyak. Terus latih dan kembangkan keahlian dibidang kepenulisan, jurnalis, atau apalah itu sebutannya. Kurangi berita-berita yang tidak penting dan kurang mendidik, jangan hanya karena mengejar rating, menarik minat pembaca dengan judul yang wah tapi isi tidak sesuai atau bahkan biar viral aja. Berilah bacaan yang mengedukasi, agar rakyat kita pun semakin cerdas, bukan terbodohi.

Untuk mereka yang membaca, gue udah bilang kali ya di atas hehe. Bacalah yang baik-baik yang bisa memberi manfaat bukan yang justru memberi mudharat. Sama-sama jadi warga Indonesia yang bijak biar Indonesia kian tercerahkan dan tercerdaskan. Kalau gini terus mau dibawa ke mana Indonesia?

I don't even know if it's the right time to talk about money. Udah lama pengen nulis tentang ini tapi baru full keidean pengen nulis sekarang. Gatau kenapa rasanya gerah aja pengen ngeluarin uneg-uneg dan my perspektif about this thing that can make everyone jadi seseorang yang bisa ngelakuin apa aja karena doi punya duit. Atau sebaliknya rela ngelakuin apa aja demi duit? But, kalo kita pikir lagi, Is it really our money is ours? Think again. I don't think so.

Gue ga diposisi manapun. Tiap kali nulis ataupun bicara sebisa mungkin gue coba netral dan bijak dalam menyikapi dan menghadapi apapun. Jujur gue pun sekarang ga punya duit. Really? Apa iya orang-orang bakal percaya kalau gue bilang gitu? Orang-orang yang deket sama gue atau mereka 'temen seperjuangan gue' mungkin percaya. Hiks sedihnya emang begitu keadaannya. Tapi gue selalu tanemin dalam pikiran gue, kalau gue punya duit. Kenapa? Karena apapun yang kita pikirin itu bisa jadi kenyataan. Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati dan pikiran hamba-Nya. Dan meskipun itu baru sebersit aja terpikir, bisa jadi seketika Allah kabulin. Makanya gue selalu mikir entah aslinya ada atau ga, kalau gue punya duit. Hahaha orang suka recehin gue sih kadang. "Tapi kan bil, ga ada duitnya." Emang, kalem nanti juga bentar lagi ada. Pernah juga karena berasa punya duit di dompet, gue tenang-tenang aja. Eh taunya pas mau ngeluarin, dompetnya kosong melongpong gada isinya. Wkwkwk. Tapi gue ga pernah nyesel atau berhenti berbaik sangka atau berpikir positif. Allah sesuai prasangka hamba-Nya. And I'm definitely without any hesitate truly believe it. Lagian kan Allah juga yang jamin rezeki kita. Hehehe Jadi gausah khawatir asal kitanya terus berusaha dengan cara yang berkah dan halal pastinya. :B

Lah kebiasaan kalo mau ngomong sesuatu suka melipirnya jauh kemana-mana suka jadi hilang fokus mau ngomongin apa sebenernya. Haha. Ohiya inget, back to the topic guys. Iya kadang orang itu ga percaya kalau gue ngomong ga punya duit. Why? Because you look from the outside that my house look bigger? Really? But it's not my house. I still live with my parents. Itu juga rumah KPR. Masih jauh cicilannya. Is it because you look what I'm wearing? Really? Gue bahkan ga pernah pake merk-merk branded. Plis karena itu terlalu mahal. Liat harganya aja gue ga sanggup karena udah tau pasti ga sanggup beli. Bukan ga sanggup beli juga si, tapi milih ga beli. Kalau masih ada yang lebih murah tapi kualitas ga jauh beda, kenapa ga? Jadi duitnya bisa dialihin buat beli yang lain atau disimpen. Kalo liat gue pake merk-merk yang menurut lo itu lumayan, itu artinya gue cuma punya itu aja. Maksudnya? Kadang untuk barang-barang tertentu gue lebih milih kualitas dibanding harga. Walaupun tetep, pasti gue mertimbangin harga. Udah berapa kali lebaran, gue ga beli baju. Seriously. Baru lebaran kemarin gue beli baju lagi, itupun ga banyak cuma empat pieces baju 5* ribu an karena cuci gudang, ditambah gue beli bukan buat gue sendiri, tapi yang sekalian bisa pake buat ade sama kakak gue. Sekalian gue nambah baju buat kuliah ntar. Sekarang gue kalo pergi kemana-mana pasti pake baju itu-itu lagi. Cuma di tuker-tuker aja biar ga terlalu 'sama teuing' diliat orang. Sebenernya kalo gue sendiri sih, cuek selama gue nyaman, dan itu baju masih layak pake belum kekecilan, belum belel, belum bolong, masih nutup aurat, dll pasti masih gue pake. Gue ga pernah sama sekali beli baju di mall-mall. Kalo mau dibilang, level gue tu masih harga pasar baru bahkan kadang gue merasa itu masih kemahalan. Kings belum lama ini udah buka lagi walaupun belum keisi semua. Tapi kemarin, gue beli baju lebaran di situ. Dan gue rasa ini bakal jadi destinasi gue selanjutnya kalo beli baju. Masuk kantong banget. Bahkan jual gamis bagus ditambah sama innernya aja masih ada yang 11* ribu. Harga yang susah didapet zaman sekarang. Kadang gue juga ngerasa, budget gue kalo belanja dari dulu selalu sama, tapi kenapa makin ke sini, makin sedikit barang yang bisa gue beli dengan harga yang sama. Terus suka mikir, apa orang-orang makin kaya ya? Indonesia makin banyak orang kaya sekarang? Merk-merk mahal itu tetep bertahan karena ada pasarnya. Karena ada yang belinya kan? Tapi kenapa kasus kelaparan, kemiskinan, dll masih juga tinggi? Well, gue bingung.

Balik lagi. Haha. Is it because you look what I'm eating or where I'm visiting? Ini juga seharusnya bukan. Kalau lo beneran kenal gue, lo pasti tau jawabannya ga. Mana pernah gue nongkrong-nongkrong di kafe ga jelas, yang harga satu cangkir kopi biasa aja bisa nyampe 40 ribu? Gue si mending beli baju atau makanan bergizi. Mana pernah gue beli makanan yang untuk seporsi cuma nasi sama ayam biasa aja bisa nyampe 40 ribu? Mending makan di warteg atau warung pinggir jalan sekalian dah. Kalau pun pernah, alhamdulillah lagi ada rezekinya. Makan di McD atau KFC sekalipun, sekarang, gue merasa itu mewah. Mending bawa bekel dari rumah. Sehat dan lebih murah. Bahkan, untuk sekedar beli air bening pun gue enggan. Mending bawa minum dari rumah. See? Sekarang kalau gue pergi kemana-mana pasti selalu bawa minum dari rumah. Bahkan ke mall sekalipun. Kalau gue meeting atau ketemuan sama siapa ke, mall itu cuma tempat doang. Sisanya gue ga beli apa-apa. Akhir-akhir ini kalo pergi keluar, cuma ada ongkos dan lebihnya dikit. Bahkan beberapa hari kemarin, gue ga sempet sarapan dan ga sempet nyiapin bekel. Alhasil dari pagi itu gue nahan laper walau perut keroncong bunyi terus. Ongkos aja kurang, akhirnya gue harus jalan dulu lumayan, baru nyambung angkot lagi. Berat diongkos emang kalau naik angkutan umum. Tapi ya begitulah keadaannya. Gue baru makan malem, bada magrib itupun karena di traktir. Kalau lo tau dan liat gue pernah makan di tempat-tempat tertentu, itu tandanya gue lagi ada rezeki lebih dan hasil nyimpen beberapa hari sebelumnya. Itupun masih tempat level menengah. Yang maksimal ngeluarin 4* ribu, itupun udah semuanya ga ada tambahan lain. Pokoknya gue coba se-irit mungkin dan se-ekonomis mungkin ngeluarin duit.

Semuanya gue coba syukuri. Alhamdulillah masih bisa makan, masih bisa tidur nyaman, masih punya orang tua yang peduli, saudara-saudara, temen-temen, dan lingkungan yang baik. Orang ga akan tau dalemnya kita, apa yang kita alami dan apa yang pernah kita lalui sejauh ini. Yang mereka tau hanya yang nampak, itupun mereka gatau kisah dibaliknya. Gue juga gatau nyambung atau ga judul sama tulisan yang gue bikin. Cuma mungkin gue pengen curhat dan menuangkan apa yang gue pikir sekarang ini. Kenapa sekarang apa-apa soal uang? Uang, uang, uang, dan uang. Gue suka penasaran, ada ga sih orang yang dipikirannya cuma soal uang doang? Atau sebaliknya, yang dia aktif secara kegiatan, tapi secara keuangan dia ga punya? Gue rasa sih ada, tapi mungkin ga banyak. Sekarang apa-apa harus pake uang. Sampe sedih liatnya orang yang kerja mati-matian demi uang, yang ujung-ujungnya sakit juga karena over menggunakan fisiknya. Orang yang menghalalkan segala cara demi sesuap nasi. Atau orang yang dengan seenaknya menghambur-hamburkan uang untuk hal yang ga penting-penting amat. Karena dia merasa duit duit gue, bebas gue mau ngapain. Tapi benarkah? Bukankah sejatinya semua yang ada pada kita cuma titipan? Kita lahir ke dunia with nothing, meninggal juga with nothing. Lalu apa yang harus kita banggakan dengan harta yang hakikatnya bukan milik kita? Semua yang ada di dunia ini cuma titipan. Amanah yang harus kita jaga. Karena kita akan dimintai segala pertanggung jawabannya kelak.

Di sini kadang gue merasa bersyukur banget sama Allah dan bahagia karena merasa cukup. Gue justru khawatir, kalau gue diposisi yang punya uang banyak, apakah iya, gue bakal tetep prihatin sama orang dan jadi sosok gue sekarang ini? No one knows. Apa iya gue bakal ngegunain uang gue di jalan yang bener? Apakah gue terlena atau ga. Gue juga ga bisa jamin. Karena sungguh, kilaunya dunia itu membutakan. Mungkin inilah cara Allah menjaga dan mendidik gue. Meski dengan susah payah. Meski dengan menahan lapar. Meski kuliah dengan beasiswa atau kerja sampingan. Kitanya aja harus ikhlas. Semua itu butuh usaha dan perjuangan (doa mah udah pasti). Gue bakal terus berusaha untuk pendidikan dan kebermanfaatan. 

Masalah itu ga akan terselesaikan dengan kita mengeluh atau menyalahkan keadaan. Bahkan motivasi dan antusias aja ga cukup. We have to face, fight, and against it! Dan bersyukurnya banget, dari gue kecil, Ortu gue selalu ngajarin buat liat ke bawah. Bahwa masih banyak orang yg ga seberuntung kita dan lebih membutuhkan. Sedih juga ngeliat hidup yang kian teralihkan dengan keduniaan, hanya mencari harta dan kesenangan semata. Mencari rezeki yang udah Allah jamin kecukupannya dan melalaikan akhirat yang kita belum tau kepastiannya. Semoga Allah melindungi kita semua. Aamiin. Senantiasa memberikan hidayah dan taufik-Nya. Menunjukkan dan mengarahkan kita ke syurga-Nya. Aamiin..