Hari ini tepat setahun atas salah satu peristiwa luar biasa dalam hidupku. Peristiwa luar biasa yang cukup banyak mengubah hidupku.

 

Dulu sering ku bertanya, apakah ada pria yang benar-benar bisa mencintai seorang wanita ataupun sebaliknya. Mungkin kesangsian ini muncul karena lingkungan tempatku tumbuh tidak aku dapati sosok figur bagaimana seharusnya lelaki itu terkhusus dalam Islam. Aku tumbuh menjadi seorang wanita kuat dan mandiri, yang mau tidak mau menuntutku untuk serba bisa. Hingga secara tidak langsung, bersamaan dengan proses itu kepercayaanku akan sosok lelaki terkikis. Aku tidak takut untuk banyak terlibat dalam kegiatan yang mengharuskan untuk berada di sekitar para lelaki, karena selain aku mempercayakan kemampuanku menjaga diri, ternyata ketidakyakinan ku kepada lelaki pun cukup memengaruhi. Di lain sisi, aku juga paham bahwa tidak ada cinta sebelum pernikahan. Maka aku akan selalu defensif terhadap jenis perasaan cinta yang datang. Meski masih seringkali ku terlena meladeni, tapi pada akhirnya akal ku menang melawan rasa yang belum saatnya itu.

 

Ujian tentang rasa ‘cinta’ akan selalu ada menghampiri. Entah karena memang begitu alamiahnya, atau mungkin seiring bertumbuhnya usia dan pemahaman, akan ada saatnya ketika diri sudah tak mampu membentengnya. Hanya saja perihal itu aku pun tak yakin, karena seringkali manusia tertipu oleh muslihat syaiton. Aku hanya selalu yakin dan berdoa bahwa jika memang benar saat itu tiba, Allah sendiri yang akan berikan keyakinan. Perasaan akan sebuah keteguhan hati yang belum pernah kita rasakan sebelumnya.

 

Sama seperti kisah sebelumnya bahwa hanya menyoal waktu kisah ini akan berlalu. Tapi aku hanya merasa tingkatan kali ini lebih sulit, lebih sakit dan menyiksa. Layaknya ujian ranah akademis, ujian dalam kehidupan pun ada tingkatannya. Aku baru merasakan ujian perasaan hati yang seperti ini. Ya Allah, kaulah yang Maha membolak-balikan hati. Lepaskanku dari segala belenggu rasa yang belum saatnya ini serta teguhkanlah keyakinanku atas pilihan terbaik dari-Mu. Hiasi hati dan diri hanya untuk mengingat kepada-Mu. Memantaskan diri sebagai hamba terbaik-Mu. Berkarya dan berkontribusi untuk Islam.

 

Lekas pulih wahai hati...

Lekas pulih wahai jiwa...

Lekas pulih wahai jasad...

Setelah cukup lama rehat sejenak untuk kembali memaknai keterlibatanku, bahwa ini bukan hanya sekadar pemenuhan kewajiban 'kebutuhan tugas akhir penelitian' karena mungkin memang mayoritas begitu. Namun bagiku, awal kebergabunganku murni panggilan hati saat diri futur dan perlu memaknai syukur dalam bentuk lain. Hingga Allah pertemukan aku dengan mereka. Sungguh ini bukan suatu kebetulan belaka.

Teringat ceplosan adik saat obrol santai di tengah pasar kala itu yang berkata, "ah paling untuk penelitian aja kan? Nanti juga ga ada lagi." Sedikit sesak muncul, karena mengetahui, bukan itu tujuanku. Namun aku tak begitu menggubris dan hanya refleksi dalam diri. Tapi memang, rasa tanggung jawab itu tak bisa ditinggalkan begitu saja, mereka tetap menjadi rumah seperti namanya yang terselip. Bagaimana pun jarak bertaut, akan selalu ada saat untuk kembali. Aku sadar, aku belum banyak berbuat dan berdampak, bukan aku mencari pembenaran, tapi sejauh ini aku mencoba semaksimal yang kubisa dengan berbagai aktivitas dan amanah lain yang kupegang.


Ini sebagai pesan bersama pula, mungkin kadang kita mempertanyakan aksi yang dilakukan, getting worse or getting better, tapi satu hal yang ku yakini hingga kini, bergerak. Akan lebih salah rasanya jika tidak melakukan apa-apa. Dan percayalah every action count. Jika salah, maka semoga kita dapat belajar darinya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Dan semoga kegiatan seperti ini bukan lagi hanya sekadar aksi pemenuhan tanggung jawab tugas akhir, tapi murni panggilan hati. Semoga rasa itu bertumbuh seiring waktu yang kita jalani. Bukankah itu salah satu tujuan kita terdidik? Untuk mengembalikan manfaatnya kepada masyarakat. Bahwa Allah akan mempertanggungjawabkan ilmu yang tidak diamalkan. That's the beautiful way to pay our privilege after got higher education. So stop underestimate people, karena kita belum tentu lebih baik dari mereka. Tingkat ketakwaan kitalah yang membedakannya di mata Allah, not our social level, education, money, etc. So, be wise and keep spreading positive value.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (Q. S. Al-Hujurat : 13)

Now a days self quarantine become a popular word isn’t it? Semuanya melakukan karantina diri dengan #dirumahaja sebagai langkah pencegahan penyebaran Covid-19. Banyak pula wilayah yang sudah menerapkan PSBB ditambah larangan mudik atau pulang kampung dari pemerintah. But di sesi tulisan kali ini gue bukan mau bahas what’s Covid-19, how to prevent, how to make your day productive or anything else, not about that stuff. Yang mana gue kira bisa dibilang kita eneg sama semua berita all about Covid-19 baik di media massa ataupun sosial media. Buat lo yang wise and calm, mungkin itu jadi asupan wawasan lo, aware about situasion that happen bahkan sampai bisa take action. Tapi buat sebagian orang, yang tingkat anxiety nya tinggi konsumsi media dewasa ini, yang ada malah nambah kecemasan dan ketakutan tentang situasi yang gatau kapan akan berakhir.

Kali ini gue mau tarik ulur kisah dulu sama sekarang, yang mana gue kira nothing much change, but as always there are lessons that we (can) get. Insyaa Allah.

Ngalamin masa-masa sekarang ngebuat gue flashback kurang lebih tiga tahun ke belakang, masa di mana gue memilih #dirumahaja. Kalau dulu gue di rumah atas pilihan dan kemauan gue, saat ini itu bukan pilihan tapi keharusan. Intinya gue merasa kembali ke masa di mana mostly gue menghabiskan waktu dengan di rumah aja. Bedanya, dulu begitu jenuh, seminggu sekali gue masih bisa refreshing pergi ke tempat yang belum pernah gue datangi, bisa sendiri atau gue minta temenin ade gue. Tapi sekarang, definisi di rumah aja yang bener-bener di dalam rumah gabisa keluar kalau emang ga ada kebutuhan mendesak. Paling gue keluar itu kalau anter paket, ke atm, atau belanja kebutuhan rumah. Sisanya di rumah dengan berbagai aktivitas yang mana sebisa mungkin gue tetep berusaha untuk menyibukkan diri. Menyentuh kembali sudut-sudut kamar, melakukan kembali hobi-hobi yang tertunda, dan ragam aktivitas lainnya yang gabisa gue sebutin semua dan tak jarang memberikan kesan dan pengalaman berbeda. Karena akan selalu ada awal untuk setiap hal bukan?

Dulu gue merasa hari demi hari terasa berat untuk dilalui, pikiran berkecamuk dengan segala kata-katanya yang membangun ataupun menjatuhkan. Keinginan dan harapan di pikiran yang rasanya sukar untuk terwujud melihat realita yang ‘gue cuma di rumah aja with no money, no education, no job dan no no lainnya’ setiap harinya selalu dipenuhi dengan ketakutan, kecemasan akan masa depan. Melakukan aktivitas harian yang dirasa ga bermanfaat dan selalu merasa dibatasi kondisi. Penyalahan atas kondisi yang tak berpihak.

Tapi gue gamau lantas berdiam diri dengan terus meratapi dan ga berbuat apa-apa. Justru dengan gue semakin diam dan ga ngelakuin apa-apa disitulah letak kehancurannya. Temen lo atau orang-orang di luar sana juga terus bergerak, beraktivitas. Ibarat kata orang udah sampai Perancis lo masih di Indonesia. Pelan-pelan gue coba benahi, ninggalin hal-hal yang emang gue gasuka atau gamau lakuin, don’t lie to yourself. You don’t live to fullfil people’s want or people's expectation. Stop it! Live for yourself. Live your life. Don’t waste it. You only live once and make it useful. Lo bakal maksimal berguna kalau lo ngejalanin bidang yang emang lo suka. Mau sesusah apa pun, bakal lo hajar karena lo suka. Sama halnya lo suka sama seseorang, sometimes you don’t need any reason. Just because.

Terima. Acceptance. There’s no other solution before you do it first. Meski sulit, bukan berarti gabisa. Walau mungkin nantinya penerimaan ini akan berada di tahap akhir, setidaknya jangan sampai biarin diri lo terhanyut sama suasana yang ada. Solusi yang mungkin sebenernya udah ada depan mata jadi samar karena lo sibuk liat kanan-kiri, liat orang lain udah gimana. Udah, mulai sekarang fokus sama diri, urus diri sendiri. Kalau lo udah siap buat liat dunia luar, membuka diri pada lingkaran yang lebih besar, lo mulai deh punya program buat bantu orang. Awalan orang-orang terdekat lo, terus makin lama tingkatin dah itu kapasitas diri dengan ningkatain kapasitas wadahnya juga. Minta selalu petunjuk dan bimbingan Allah. Yakin deh, rencana Allah selalu luar biasa dan tidak disangka. Kitanya jangan berhenti ikhtiar dan berdoa. Let Allah do the rest. Oke? Lanjut.

Gamau kondisi dan situasi menjadi penghambat, oke gue mulai menerima segala kekurangan dan kelebihan diri. Gue terima kondisi, keluarga, apapun itu. Self healing pertama. Terus gue mulai melihat sekitar, apa yang bisa gue lakuin, setidaknya biar gue produktif dulu deh punya kegiatan. Ya masih setengah suka gapapa. Oke, buku. It means gue harus baca. Dari rentetan buku bokap, gue cari yang in situation dan menarik buat gue baca. The first book is The 7th Habbits of Highly Effective People. Awalan gue sulit memahami isi buku ini, tapi gue coba terus baca. Gue yakin ada maksud kenapa gue harus baca ini buku. And finally this is become the book that change everything. Setidaknya gue bisa bilang itu sekarang. Gimana semua itu berubah dari mindset dan pola pikir. Self healing kedua. Terus gue cari-cari bacaan yang bisa tune in buat balikin self confidence gue. Lanjut ke buku The Magic of Thinking Big. Buku Word Power Made Easy buat gue belajar inggris dan buku-buku lainnya. Self healing ketiga.

Selanjutnya gue mulai aktivitas lain yang bisa dilakuin dengan fasilitas yang ada di rumah. Oke, wifi. Akhirnya gue log in, bikin banyak akun di app ataupun website belajar inggris gratisan. Gue belajar dari youtube, website, ebook, nonton TedX, dan media sejenis lainnya. Aktif lagi menulis, upload film dan bikin video lirik di youtube, gabung berbagai survei berbayar dan serabutan freelance di internet. Akhirnya gue mulai dapet celah dari mana gue bisa menghasilkan. Self healing keempat.

Akhirnya gue menjadi tersibukkan dengan ragam aktivitas yang gue create sendiri. Di sini gue mencermati for knowing myself better. What I like, want, how I want to be in future. Sampai akhirnya gue banyak membuat keputusan sendiri, yang di sana ga ada campur tangan orang lain. Awalnya mungkin terdesak situasi yang gue gabisa maksa orang lain buat ngerti kondisi gue that I’m really suffer inside. Di sekitar juga menuntut mau ga mau gue harus bisa ngertiin mereka. Oke, bismillah I choose me, I choose my way, and I’m full responsible for what happen in the future. No matter how it is setelah keputusan yang gue buat. Gue bakal ngehargain dan bertanggung jawab penuh. So, here I am. Self healing kelima.

Begitu pun saat ini, semua terasa tiba-tiba, mendadak, tanpa permisi, kita diminta untuk sedikit banyak mengubah kebiasaan, pola rutinitas, atau bahkan keseluruhan kehidupan. Suatu hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Beberapa dari kita mungkin merasa hal-hal yang dilakukan saat ini membosankan, tidak bermanfaat bagi jenjang kehidupan ke depan. Tak apa, wajar. Aku pun begitu. Dulu. Tapi percayalah, bahwa hal-hal besar di masa mendatang pasti berawal dari langkah-langkah kecil saat ini. Tetap beraktivitas, tetap berikan yang terbaik pada setiap hal yang ditekuni. Cobalah rehat sejenak dari kehidupan maya dan nikmati dunia nyatamu. Mungkin ini saatnya menghapuskan sekat-sekat pemikiran dan sekat-sekat antar ruang untuk kita lebih mengenali diri dan sekitar. Bukankah sejatinya ketidakpastian itu sunnatullah? Maka berlepas dirilah dari segala kefanaan dunia.

Bersabarlah pada kondisi sulit dan bersyukurlah pada kondisi senang. Mungkin Allah sedang ingin bermesraan dengan hamba-Nya. Ada pelajaran yang ingin Allah sampaikan kepada kita. “Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang” (HR. Al-Bukhari). Maka manfaatkanlah waktu luang sebelum waktu luang memanfaatkanmu. Waktu itu gratis, tapi tak ternilai harganya. Kamu tidak bisa memilikinya, tapi bisa menggunakannya. Kamu tidak bisa menyimpannya, tapi bisa membelanjakannya. Sekali kamu kehilangan itu, maka kamu tidak akan pernah bisa mendapatkannya kembali. Sampai bertemu the new you in the near future. What will you be?

“Ini kosong? Kamu duduk sama siapa?” Tanyaku. “Iya kosong, belum ada.” Balasmu. Lalu aku bertanya kembali, “boleh aku duduk di sini?”, “boleh” anggukmu. Itulah awal perbincangan kita pada kelas lintas minat bahasa Inggris kala itu. Kita hanya berbeda kelas reguler namun kita banyak berjumpa pada kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan lainnya. Dan nyatanya, semeja denganmu adalah pilihan tepat yang tak pernah aku sesali. Terima kasih mau menerima kehadiranku dan banyak membantu setelahnya.

Mengenang masa-masa itu selalu membuatku tersenyum dan bernafas lega, meski dulu aku sempat ragu dan menyesali pilihan itu. Namun kehadiranmu selalu menguatkan dan membuatku yakin bahwa aku mampu. Berkali-kali jargon itu kusematkan dalam diri untuk menyugesti dan meyakinkan. Bahwa pilihanku memilih lintas minat itu bukan karena jago apalagi mahir, tapi karena mau belajar dan menjadi bisa. Sudah habis aku dibuat terseok-seok karenanya. Ketakutan selalu menghantui tiap kali masuk waktu pelajaran. Bodo amat soal nilai, aku sudah tak peduli. Aku hanya ingin belajar dan menjadi mahir. Bismillah, sesulit apa pun, aku pasti bisa.

Pertemuan demi pertemuan terjalani, rasanya kita menjadi pelengkap satu sama lain. Buku TOEFL yang tebal itu sudah jadi makanan sehari-hari. Tiada tugas yang aku tak bertanya. Tiap kali selesai mengerjakan tugas aku pasti selalu bertanya dan membandingkan. Dan berdiskusi denganmu membuatku kian bertumbuh. Pribadimu yang sedikit tertutup dan ‘minderan’ membuatku nyaman karena aku yang ‘terlihat tampil’ dan ‘being expectation from most people’ kadang membuat lelah dan ingin menepi. I just want to chill out and making small conversation with people I adore personally. Dan salah satunya itu, kamu.

Di luar konteks akademik, kita juga menaruh minat yang sama pada kegiatan ekstrakulikuler. Bertambahlah intensitas kita untuk bertemu dan menghabiskan banyak waktu bersama. Lagi, berbincang denganmu selalu mengasyikan. Kamu adalah orang yang tak pernah absen ingin ku ajak hangout, ngobrol bareng hingga kini. Orang yang mudah ‘hayu’ saat manusia ini perlu recharge energi dari pertemuan atau obrolan dengan orang lain untuk sejenak rehat dari rutinitasnya yang ‘so sibuk’. Walaupun kamu cuek dan lempeng, suka asik dengan dunianya sendiri dan suka riweuh tiba-tiba, tapi aku senang. Kamu, tetaplah seperti ini.

Suara tawa dan omongan cepatmu menjadi saksi betapa lekatnya hadirmu di ingatan sekaligus menjadi tanda bahwa kamu orang yang cerdas nan humoris. Multitalenta dengan segala kemampuan yang kamu miliki. Tidak mengapa menjadi multitalent instead of specialist, you still work your passion. Selama kamu menjaganya, kamu tetap akan menjadi seseorang di masa depan. Bahkan, pekerjaan ibu rumah tangga yang kelak tersemat adalah gelar paling mulia yang Allah hadiahi syurga jika kita hanya menjadikanNya muara tujuan. Jadi tetaplah semangat dengan segala aktivitasmu saat ini, syukuri bahwa tak semua orang seberuntung dirimu. Jadikanlah kesungguhanmu mengenyam pendidikan sebagai salah satu bentuk syukur.

Teringat dulu kau pernah coba membaca karakterku melalui tulisan. Di samping benar atau tidak karena you’re not specialist, tapi setidaknya pesan positif yang membangun turut serta dalam perkembanganku saat ini. Pengetahuan dan kemampuanmu yang cukup mumpuni membuatku mempercayakanmu untuk mengurusi tim mentor. Begitupun dengan pukulan dan tendanganmu yang powerfull, selalu memotivasiku untuk selalu bertenaga saat melakukan sesi latihan bela diri. Kamu yang bagus dalam sinkronisasi gerakan dan cepat menghapalnya, aku mengagumimu.

Waktu berlalu dan manusia kian berevolusi. Pilihannya hanya ada dua, menjadi lebih baik atau lebih buruk? Dan kuharap kita sama-sama berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Menjaga silaturahim ini tetap terjalin agar kita dapat terus mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran, menjadi sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Maka semoga kita dapat saling mengamalkan ilmu kita masing-masing sesuai dengan bidang keilmuan yang kita tekuni. Pertahankan apa yang menurut Allah baik untukmu, dan hindari hal-hal yang mendekatkan maksiat. Stop being inferior, be confident and looking outside, let the world and people know you. Cause you know, you are great!

Lalu semua berjalan seiring waktu
Tiada henti berkirim pesan
Yang sulit tersampaikan
Kau coba ungkap lebih sederhana

Alah bisa karena biasa
Akal yang semula berperan kini berganti hati
Begitu lihai setan mencari celah
Ya, mungkin sejak awal aku salah meladeni

Hari itu sang surya beranjak menaungi ubun
Dalam egoisku, setengah berencana
Berencana untuk menyegerakan pertemuan
Dan dalam tungguku, keinginan itu membuncah
Membuncah untuk segera diwujudkan

Terima kasih atas usaha dan pengabulan
Meski merah jingga tak tampak
Terima kasih pernah izinkanku jadi alasan bahagiamu
Maaf tuk alpa dan khilafku

Lantas apa kita harus terasing?
Dari yang tadinya biasa?
Atau kita hanya saling menjaga?
Untuk sesuatu yang tidak pasti?

Tapi aku tak mau mengutuki
Dan tak mau terus terbayangi
Mungkin hanya menyoal waktu
Untuk bisa lekas pulih
Sabar..

Dariku yang rindu
Pesan tiba-tiba dan senda guraumu

Semoga Allah menjagamu, niatmu, dan kebaikanmu

Pertama dan utama aku mau ngucapin makasih karena chattingan kita malam itu, menjadi pembuka jalan bertahannya aku saat ini. Makasih udah mau direpotin tengah malam. Mungkin itu biasa bagimu, tapi tidak bagiku. Setidaknya obrolan singkat itu membuatku tenang bahwa aku akan baik-baik saja. Terima kasih. Semoga Allah selalu mudahkan urusanmu juga. Aamiin.

Siapa yang tak terpincut wajah rumpawan, senyum menawan, dan perawakan semampai layaknya oppa dari negeri ginseng. Begitulah kiranya first impression yang banyak orang dapati darimu, termasuk aku. Bersyukurlah karena itu sudah pemberian Allah yang melekat padamu. Tapi ada hal yang lebih dari hanya sekadar tampilan fisik yang menarik. Personality. Dan kita akan tahu mengapa, saat mengenalnya lebih dekat.

I won’t declare that I know you so well through this writing, big no. This is just snippet of your life from my perspektif yang semoga pada akhirnya dapat saling berbagi hikmah dan kebaikan di dalamnya. Syukur jikalau itu berdampak juga kepada yang membaca.

Kita sama-sama dilahirkan pada tahun krismon (krisis moneter) tepat di bulan menuju puncak kerusuhan terjadi dan hanya selisih hari. Saat itu harga-harga melambung tinggi, terjadi kelangkaan bahan pokok, dan terjadi PHK besar-besaran. Ayahku salah satu korbannya. Aku tak tahu apakah ceritamu lebih baik atau tidak, yang jelas tergambar situasi seperti apa yang terjadi saat Allah lahirkan kita ke dunia.

Tumbuh menjadi remaja biasa di kota sederhana bernama Sukabumi, kau bertekad bahwa kelak akan membangun kota masa kecilmu itu. Hingga kau putuskan untuk coba peruntungan dengan merantau ke kota besar. Empat tahun silam, seperti umumnya remaja tingkat akhir, dengan segala daya upaya kau kerahkan seluruh kemampuan agar memenuhi kualifikasi untuk diterima di universitas negeri ternama. Seketika menjadi manusia ambis padahal sebelumnya kau tak begitu. Hampir semua ujian saringan masuk kau coba tempuh meski jauh hingga ke timur pulau Jawa. Alhamdulillah Allah berikan kecukupan finansial karena tentu itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kamu beruntung.

Sampai akhirnya begitu tahu keterima di UMY, secepat kilat kau putuskan untuk mengambilnya dan meyakinkan Ibu yang meskipun kau sendiri tak yakin dengan pilihan jurusanmu. Namun meski begitu kamu maju jalan. Tapi nyatanya, realita tak sebanding keyakinan. Rendahnya prestasi menjadi bukti kamu tidak sungguh-sungguh menjalaninya. Singkat cerita, kamu ikut tes di tahun berikutnya memilih jurusanmu saat ini yang mana Allah takdirkan kita saling mengenal.

Kisah kita mungkin sejenis pada awalnya tapi kita memilih keputusan dan jalan yang berbeda. Kamu memilih untuk ‘yang penting kuliah dulu’ sedang aku memilih untuk rehat mencoba mengeksplor diri menyelami warna-warni kehidupan hingga akhirnya aku angkat tangan berserah dan berpasrah agar Allah tentukan segalanya. Bagaimana pun itu, tidak bisa dilepaskan bahwa itu bagian kisah hidup kita, perjalanan unik yang tak banyak orang lain rasakan. Kita juga akui emosi berperan besar saat itu. Waktu mendewasakan pola pikir kita.

Meski IEKI tetap bukan keinginan terbesarmu, namun jurusan ini lebih paralel terhadap minatmu di dunia politik, filsafat, dan pengembangan diri. Memulai start dengan cerdas, kamu banyak mengambil peran strategis sampai sekarang. Pun yang lain tidak merasa berkeberatan, karena memang kamulah orangnya. Masuk dalam semua lini dan kalangan, tidak sungkan membuka ruang-ruang diskusi. Mengedukasi orang untuk ‘melek politik’. Tidak diam apabila ada ke-tidakbenar-an. Aku pun tidak protes, karena Islam butuh orang-orang sepertimu. Dulu aku tak cukup mempertimbangkanmu karena topik atau ilmu yang sering diangkat aku anggap ‘masih b aja’ tapi pernah di dalam kelas menunggu dosen, kamu menghampiri dan bertanya tentang apa lupa hehe lalu bahasan kita menjadi demokratis yang kuingat sejak saat itu ‘kamu boleh juga ilmu nya lurus’ hehe sorry ya. Karena pada saat itu belum banyak orang bisa paham sampai ke arah situ. Tapi jujur kamu berkembang dan berprogres. Lanjutkan!

Merasa satu frekuensi, akhirnya kita banyak terlibat dalam kegiatan yang sama, kumpul, main bareng. Walau tidak menutup kemungkinan kita juga selang pendapat dalam banyak hal. Tapi justru itu seninya. Sama-sama ENTJ si commander tapi aku udah berkembang lagi jadi ENFP si pemenang. Udahlah kamu hebat pokoknya! Ga ada yang bisa ngalahin karismatiknya kamu walau kamu pelupa parah. Bucin juga. Baik juga suka minjemin hp buat aku searching, banyaklah plus minus kamu yang lainnya. Gausah disebutin lagi. Cukup ya udah panjang wkwk.

Pokoknya teruslah jadi pribadi yang lebih baik. Teruslah membumi. Jangan lelah menebar manfaat bagi seluas semesta. A good leader is a good servant. Jadi bekalilah diri dengan akidah yang lurus, ilmu yang cukup, dan akhlak yang memadai. Success comes when preparation meets opportunity. Semua sudah tercatat di lauhul mahfudz. Jika nanti ikhtiarmu dipertemukan dengan ketetapan Allah bahwa kelak kau akan jadi pemimpin, maka jadilah. Allah takkan salah memilih takdir. Apa yang menjadi takdirmu takkan melewatkanmu dan apa yang tidak ditakdirkan untukmu takkan menjadi milikmu. Semangat kuliah dan segala aktivitasnya. Tetaplah menjadi motivator ulung. Kalau mau berubah, pastikan berubah jadi lebih baik. Kalau lagi nyiapin nikah, sok atu serius wkwk. Aku doakan. Aku tunggu karya-karyamu dan undanganmu! Ups

Tapi kenapa? Kenapa pesan undangan itu datang di waktu yang tidak tepat? Perasaanku sedang tak karuan. Rasanya hanya ingin mengutuki diri yang tak berdaya atas mix condition yang terjadi, atas kecemasan yang merundung tiada henti. Ah, sudahlah aku tak mau terus larut dalam perasaan tidak mengenakan ini. Kucoba ambil nafas untuk menenangkan lalu tersenyum dan berkata pada diri, tenang, all is well. You’ve already try the best so far. Makasih udah mau bertahan dan berjuang sejauh ini. Bersyukur, keep going on and you’ll get your time someday. Insyaa Allah. Ayo kamu pasti bisa lewatin semua ini sama seperti dulu. Sabar dan ikhlas dalam proses. Semangat!! Lalu kubalas pesannya..

Dan hari ini adalah hari bersejarah bagimu. Maaf karena aku tak datang. Semoga Allah jadikan kalian keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, dan tarbiyah. Menjadi labuhan terakhirmu, pilihan terbaik menurutNya. Semoga Allah mengampuni apabila ada yang keliru dalam prosesnya. Pada akhirnya aku hanya bisa mendukungmu dan mendoakan yang terbaik. Ini kupersembahkan untukmu sebuah tulisan kecil di hari bahagiamu.

Entah sejak kapan hubungan kita terasa dekat. Yang kuingat kamu adalah orang yang menarik perhatianku setiap kali angkot oren itu menghantarkan kita menuju sekolah. Kerudung dengan ciput mika dan tas kecil di punggung. Satu dalam benakku saat itu, kok bisa muat ya ke sekolah pake tas sekecil itu? Ga bawa buku apa? Sedangkan aku bagaikan kura-kura yang selalu membawa tas ransel lengkap dengan segala bawaannya. Haha dasar.

Hingga Allah pertemukan kita dalam satu kegiatan dimana kamu menjadi ketua wanitanya. Kedekatan kian terjalin karena sinkronisasi yang alam lakukan. Kau yang tak pernah malu dan berpura-pura dengan segala kondisimu. Kau tampil apa adanya. Aku tau, ada perjuangan yang tak mudah dibalik semua itu. Namun, kau tetap tegakkan badan dan melangkah maju bahwa akan ada asa digenggam. Tak menyerah dengan segala rintangan. Itu justru menguatkanmu. Meski sempat merasa kecewa karena perlakuan sebelah mata, kau terus maju memperjuangkan pendidikanmu bagaimanapun jalannya. Tak abis pikir aku dibuatmu. Aku banyak belajar darimu.

Maaf atas segala alpa khilafku, maaf atas segala iri dengkiku. Pernahku menjaga jarak karena pertemanan yang tak berbalas. Aku tahu, itu sebuah konsekuensi. Karena kau terfokus mengejar sesuatu yang menjadi citamu yang buat kau bertahan hingga saat ini. Dan juga menjadi pilihanku untuk menerimamu dengan segala kekurangan. Aku hanya perlu waktu hingga kelapangan itu muncul. Tak apa terus memberi walau sedikit menerima. Terima kasih pernah membersamai di masa sulit. Terima kasih telah mengizinkanku menjadi saksi untuk apa yang kau raih saat ini, menjadi bagian cerita hidupmu. Teruslah pancarkan sinar yang mulai terlihat kilaunya.

Melihatmu bersanding dengan pria pilihanmu hari ini adalah buah dari segala perjuangan dan kesabaranmu selama ini. Kau layak mendapatkannya. Selamat menempuh hidup baru, selamat menjalani bahtera yang mungkin akan lebih dahsyat goncangannya. Tak mengapa karena kau tak lagi sendiri. Bahagia selalu. Doaku selalu menyertaimu.

Dariku, untukmu.

Dan ternyata... you know me so well~ itu pesan dari dosen tercinta. Waw dini hari mengirimkan pesan yang beurat dan berisi itu gimana gitu ya, panjang pula. Akhirnya kucoba baca secara seksama dan memahami maksudnya. Beliau mengkritisi tugas kami yang mungkin tidak seperti yang beliau perintahkan dan harapkan. Tapi, tidak hanya sekadar mengomentari, beliau pun memberi masukan bagaimana seharusnya tugas dikerjakan. Tak mengapa, wajar karena memang benar kami tidak mengerjakan seperti yang beliau perintahkan dan hanya apa adanya disamping ketidakmengertian kami, tapi memang tugas yang diberikan tidak sedikit belum tugas yang lainnya. Jadilah kami menyepakati bersama cukup mengirimkan apa adanya.

Setelah membacanya, bingung harus merespon seperti apa, akhirnya aku tidak membalasnya. Dan sepertinya yang lain pun begitu. Hampir dibuat berkecamuk tiba-tiba. Namun, aku tak mau ambil pusing dan terlalu khawatir. Setelah membalas pesan lain yang diperlukan, akhirnya untuk mendinginkan kepala sejenak, aku pun memutuskan untuk mengambil air wudhu dan berdoa kepada Sang Pencipta. Setelah itu sambil menunggu waktu, kuputuskan untuk hiburan sejenak menonton streaming youtube. Ada beberapa video yang sedang kugemari menonton akhir-akhir ini salah satunya adalah Living Big In A Tiny House. Yang kepo tinggal search aja ya hehe. Sedang asyik menonton akhirnya waktu subuh tiba. Aku pun beranjak untuk melaksanakannya.

Melihat waktu, akhirnya ku cek kembali hp dan melihat ada beberapa pesan masuk. Kubuka lalu ku balas satu per satu. Dan ketika sedang membalas pesan, lalu ada notif muncul dan ketika ku lihat, pesan dari salah satu teman yang mungkin sudah sebulan yang lalu terakhir kita berkomunikasi. Terheran-heran, namun tidak langsung kubuka, kubereskan dahulu membalas pesan yang lebih dahulu masuk. Setelah dibuka jendela pesan, ternyata lebih dari satu pesan yang dikirimnya. Makin bertanya-tanya aku dibuatnya. Namun, entah mengapa aku hanya tertuju pada satu feeling tentang pesan yang mungkin dia kirim.

Tadaa... Benar saja ketika kubuka apa yang aku sangkakan terjadi. Flat. Muka ku mungkin tak berekspresi seperti seharusnya aku merespon. Syukur alhamdulillah, refleks ku masih mengucap syukur. Ya, temanku mengirimkan undangan pernikahannya. Tapi kenapa?

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut Covid-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayianak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui (Pane, 2020).
Penyebaran virus corona secara global kian meluas. Hingga Jumat (27/3/2020) pukul 09.35 WIB, jumlah terkonfirmasi menjadi 531.864 kasus tersebar di 199 negara dan ada wabah di transportasi angkut (Diamond Princess yang bersandar di Yokohama, Jepang). Dari total kasus tersebut, jumlah kematian mencapai 24.073 pasien dan 123.942 pasien dinyatakan sembuh (Putri, 2020). Sedangkan di Indonesia sendiri saat ini terdapat 1.046 kasus positif, 87 meninggal, dan 46 orang dinyatakan sembuh (CNN, 2020).
China merupakan negara eksportir terbesar dunia. Indonesia sering melakukan kegiatan impor dari China dan China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Adanya virus Corona yang terjadi di China menyebabkan perdagangan China memburuk yang berdampak pula pada Indonesia (Azizah, 2020). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2020, penurunan tajam terjadi pada ekspor migas dan non-migas yang merosot 12.07%, hal ini dapat terjadi karena China merupakan pengimpor minyak mentah terbesar seperti batu bara dan kelapa sawit, termasuk dari Indonesia. Dari sisi impor juga terjadi penurunan 2.71% yang disumbang turunnya transaksi komoditas buah-buahan (Supriyatna, 2020).
Selain itu industri pariwisata dan perhotelan juga telah mengalami kerugian mencapai US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 21 triliun. Potensi kerugian ini dihitung dari perkiraan wisatawan China yang biasanya menghabiskan US$ 1.100 dalam satu kali perjalanan ke Indonesia. Karena itu restoran dan hotel sudah mulai merasakan dampak penurunan okupansi yang membuat perusahaan akhirnya melakukan efisiensi (Hidayat, 2020).
Di bidang investasi, China merupakan salah satu negara yang menanamkan modal ke Indonesia. Pada 2019, realisasi investasi langsung dari China menempati urutan ke dua setelah Singapura. Terdapat investasi di Sulawesi berkisar US $5 miliar yang masih dalam proses tetapi tertunda karena pegawai dari China yang terhambat datang ke Indonesia. Lalu pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) omsetnya juga mengalami penurunan karena kurangnya pembelian oleh-oleh oleh wisatawan yang berkunjung. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada tahun 2016 sektor UMKM mendominasi unit bisnis di Indonesia dan jenis usaha mikro banyak menyerap tenaga kerja (Azizah, 2020).
Menanggapi perluasan virus corona, Presiden Joko Widodo ambil langkah dengan memerintahkan kepala daerah mulai provinsi hingga kabupaten dan kota menetapkan situasi penyebaran Covid-19 di wilayahnya agar berkonsultasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Siaga darurat ataukah tanggap darurat bencana nonalam, berdasarkan status kedaruratan daerah tersebut," kata Jokowi di Istana Bogor, Minggu (15/03). Beliau juga mengimbau warga untuk ‘bekerja, belajar dan ibadah di rumah’, menunda kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang, dan meningkatkan pelayanan pengetesan infeksi Covid-19 dan pengobatan secara maksimal (BBC, 2020).
Meski dinilai lambat dan belum tegas menangani pandemi virus corona ini seperti dikatakan Sekjen Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Husein Habsy (BBC, 2020) setidaknya kita perlu mengapresiasi dan mendukung keputusan pemerintah yang mulai terbuka dan bekerja serius menangani kasus ini (Online, 2020).
Kemudian dalam kebanksentralan, dilakukan langkah menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4.75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4.00% dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5.50%. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global sehubungan dengan terjadinya Covid-19. Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik untuk menjaga agar inflasi dan stabilitas eksternal tetap terkendali serta memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi (Widjanarko, 2020).
Di tengah pandemi dan kelesuan ekonomi ini, menurut Moody’s, perekonomian masih bisa diselamatkan dengan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat. Hal ini terlihat dari keputusan bank sentral AS, Federal Reserves, memangkas suku bunga 50 basis poin. Pengumuman bank sentral Eropa dan Jepang yang akan membatasi volatilitas pasar keuangan juga menjadi langkah tepat (Tobing, 2020).
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan insentif yang diberikan oleh pemerintah untuk menangkal dampak corona belum ampuh untuk mendorong daya beli agar tetap stabil. Pemerintah diminta untuk memperhatikan masalah perlambatan ekonomi dan dampak terburuk yang akan menghantam sektor keuangan. Menurut Piter, stimulus fiskal ini diharapkan bisa memperbaiki perekonomian walaupun masih dalam konteks menahan ‘badai’ yang saat ini menerpa Indonesia. “Memang harus ditinjau lagi 6 bulan, kalau belum membaik juga perlu diperpanjang dan diperluas sekarang ini harus dihitung lagi berapa rupiah insentif yang dibutuhkan,” ujar dia (Hidayat, 2020).
Namun, di lain sisi virus Corona tidak hanya berdampak negatif, namun juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah terbukanya peluang pasar ekspor baru selain China. Selain itu, peluang memperkuat ekonomi dalam negeri juga dapat terlaksana karena pemerintah akan lebih memprioritaskan dan memperkuat daya beli dalam negeri daripada menarik keuntungan dari luar negeri. Kondisi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai koreksi agar investasi bisa stabil meskipun perekonomian global sedang terguncang.
Hal ini juga turut mendorong negara-negara G20 untuk meningkatkan kerja sama dengan mempererat kerja sama internasional. Negara-negara G20 juga sepakat memperkuat pemantauan terhadap risiko global khususnya yang berasal dari Covid-19, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai potensi risiko dan sepakat untuk mengimplementasikan kebijakan yang efektif baik dari sisi moneter, fiskal, maupun struktural (Azizah, 2020).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga mengklaim, sejak ramainya virus corona industri pertanian mengalami peningkatan. Sebab, daerah lain yang biasanya mengimpor sayur dari luar negeri beralih mengambil dari dalam negeri (Riyandi, 2020).
Di luar konteks ekonomi, lingkungan misalnya, dunia mengalami perbaikan kualitas udara karena penerapan social distancing, yang di dokumentasikan dari China ke Italia bahwa setiap hari emisi karbon mencapai titik terendah baru karena berkurangnya aktifitas kendaraan dijalanan (Anggraini, 2020).
Itu beberapa dampak positif yang disebutkan dan mungkin masih banyak dampak positif lainnya di luar sana yang tak bisa disebutkan satu per satu. Karena layaknya dua sisi mata uang, akan selalu ada sisi positif dan negatif dari setiap peristiwa yang terjadi baik kecil maupun besar. Yang pasti ini semua terjadi atas kehendak Yang Maha Kuasa. Tidak perlu berlebihan, namun juga jangan abai terhadap situasi yang terjadi. Jika belum mampu menjadi pemutus kebijakan maka setidaknya saat ini kita kooperatif dengan pemerintah untuk menaati imbauan dan perintahnya.
Ambillah sisi positifnya agar kita dapat merasakan kejernihan pikiran untuk melihat solusi yang mungkin sebenarnya ada di depan mata. Dengan isolasi diri dan keluar jika urgent, setidaknya kita dapat mengurangi potensi satu jiwa terkena corona. Dan harapannya setiap individu melakukan itu. Maka jika itu dipenuhi, meskipun tanpa lockdown, tidak akan ada mobilitas tinggi yang dilakukan masyarakat dan mata rantai penularan virus dapat diputus. Stay healthy and stay positive thinking and feeling.


REFERENSI

Anggraini, I. (2020, Maret 25). Dampak Positif Virus Corona. Diambil kembali dari Kompasiana: https://www.kompasiana.com/iraanggraini/5e7ae8c0d541df290a7d7972/dampak-positif-virus-corona
Azizah, M. (2020, Maret 12). Dampak Virus Corona terhadap Perekonomian Global Khususnya di Indonesia. Diambil kembali dari Duta: https://duta.co/dampak-virus-corona-terhadap-perekonomian-global-khususnya-di-indonesia
BBC. (2020, Maret 16). Virus corona: Jokowi umumkan langkah pengendalian Covid-19, tapi tanpa 'komando nasional'. Diambil kembali dari BBC: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51897307
Bramasta, D. B. (2020, Maret 18). Update Virus Corona di Seluruh Dunia: Tembus 152 Negara, 80.840 Sembuh, 7.905 Meninggal. Diambil kembali dari Kompas: https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/18/080500265/update-virus-corona-di-seluruh-dunia--tembus-152-negara-80.840-sembuh-7.905
CNN. (2020, Maret 27). Update Corona 27 Maret: 1046 Kasus, 87 Meninggal, 46 Sembuh. Diambil kembali dari CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200327125649-20-487460/update-corona-27-maret-1046-kasus-87-meninggal-46-sembuh
Hidayat, R. (2020, Maret 17). Dampak Virus Corona Terhadap Perekonomian. Diambil kembali dari Wartakini: https://www.wartakini.co/2020/03/dampak-virus-corona-terhadap-perekonomian/
Online, R. W. (2020, Maret 15). Penanganan Agak Lambat, Pemerintah Diminta Perbaiki Cara Atasi Wabah Corona. Diambil kembali dari Warta ekonomi: https://www.wartaekonomi.co.id/read276518/penanganan-agak-lambat-pemerintah-diminta-perbaiki-cara-atasi-wabah-corona
Pane, M. D. (2020, Maret 17). Virus Corona. Diambil kembali dari Alo Dokter: https://www.alodokter.com/virus-corona
Putri, G. S. (2020, Maret 27). Update Corona 27 Maret: 531. 864 Kasus di 199 Negara, 123. 942 Sembuh. Diambil kembali dari Kompas: https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/27/110000423/update-corona-27-maret-531864-kasus-di-199-negara-123942-sembuh
Riyandi, R. (2020, Maret 16). Industri Pertanian Garut Bergeliat di Tengah Wabah Corona. Diambil kembali dari Ayo Bandung: https://www.ayobandung.com/read/2020/03/16/82783/industri-pertanian-garut-bergeliat-di-tengah-wabah-corona
Supriyatna, I. (2020, Februari 28). Menakar Dampak Virus Corona Terhadap Perekonomian Indonesia. Diambil kembali dari Suara: https://www.suara.com/bisnis/2020/02/28/162535/menakar-dampak-virus-corona-terhadap-perekonomian-indonesia
Tobing, S. (2020, Maret 8). Dampak Corona Meluas, Moody’s Revisi Ekonomi Indonesia Turun Jadi 4,8%. Diambil kembali dari Kata data: https://katadata.co.id/berita/2020/03/08/dampak-corona-meluas-moodys-revisi-ekonomi-indonesia-turun-jadi-48
Widjanarko, O. (2020, Februari 20). BI 7-Day Reverse Repo Rate Turun 25 bps Menjadi 4,75%: Memperkuat Stabilitas, Mendorong Momentum Pertumbuhan. Diambil kembali dari bi: https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/SP_221320.aspx 

Dalam senyap malam itu kuputuskan rehat sejenak dari lelahnya pikiran mengerjakan tugas yang rasanya begitu menguras energi. Ku rebahkan tubuh di atas kasur kecil yang terhampar di ruang tengah. Nyaman sekali rasanya. Lalu kupejamkan mata untuk sekadar mengistirahatkannya yang sejak pagi tak henti memandang layar gawai. Tak lama waktu berselang, aku segera beranjak menyadarkan diri yang hampir tertidur. “Gawat! Hampir saja tertidur,” gumamku. Dipaksanya tubuh ini berdiri, bergerak masuk menuju kamar untuk mengambil seperangkat alat perang wanita sebelum tertidur. “Harus dibuat segar muka ini. Aha! Maskeran dulu ah..” pikirku. Akhirnya tengah malam itu aku maskeran.

Setelah membersihkannya dan muka ini merasa segar, kuputuskan kembali menghadap layar komputer untuk lanjut mengerjakan tugas selanjutnya. Namun, apalah daya tubuh ini berada di puncak lelahnya dan tidak bisa diajak kompromi, akhirnya kuputuskan untuk tidur selama 30 menit (sembari melihat jam dinding). Mengingat waktu yang tersisa tidak banyak hingga jam pelajaran tiba.

“Hah! jam berapa ini?” Seketika aku terbangun, terperanjat kaget melihat jam dinding. “Oh, baru jam tiga pagi,” lirihku. Dalam hati aku berkata, “Pas berarti aku tidur 30 menit. Tapi kok rasanya seperti aku tidur lama. Ah, sudahlah yang penting aku sudah terbangun.” Diambilnya hp lalu aku bertanya-tanya ketika melihat notif yang ramai di whatsapp. Ada apa? Kok dini hari grup ramai? Ketika melihat salah satu pengetiknya, lalu aku teringat bahwa tadi sebelum aku tertidur, aku sempat melihat pesan beliau masuk namun dihapusnya kembali. Aku sempat berpikir ada apa sangat dini hari beliau mengirim pesan di grup? Yang berarti menandakan bahwa beliau terbangun pada jam tersebut. Dan ketika dihapusnya kembali, aku hanya ingin berpikir positif, salah kirim.

Tidak berani membukanya, secara cepat jariku langsung mengarah membuka grup lainnya yang secara tidak langsung akan diketahui informasi apa yang disampaikan di grup sebelah. Setelah membaca respon teman-teman, kurang lebih mendapat gambaran info, barulah kuberanikan diri membuka pesan di grup tersebut. Dan ternyata....

Baik buruk perubahanku tak akan kau sadari
Kita berevolusi
Bila kita ingin tahu seberapa besar rasa yang kita punya
Kita butuh ruang
Pergi melihatku menjelang siang kau tahu
Kita tetap butuh ruang sendiri sendiri
Aku ada di mana sore nanti
Tak pernah sekalipun ada malam yang dingin
Hingga aku lupa rasanya sepi
Tak lagi sepi bisa kuhargai
Untuk tetap menghargai oh rasanya sepi

Ayo tebak itu apa wkwk. Siapa juga yang bacanya sambil nyanyi? Hayoo ngaku.. yang belum tau search sendiri aja yaa.. Oke somehow lirik itu ngingetin gue zaman kos dulu. Ya ga lama sih pas nya tiga bulan aja. Tapi at least gue sempet ngerasain namanya ngekos.

Pertama gue mau appreciate dulu orang-orang yang berani merantau dan memutuskan untuk survive di kampung orang yang pasti harus banyak melakukan penyesuaian dari banyak aspek. Congrats karena menurut gue itu udah nilai plus buat diri kalian yang mana kalian juga sebenernya bisa punya pilihan untuk tetap di zona nyaman kalian dengan tidak melakukan itu. Sampai ada peribahasa yang bilang kalau orang sunda itu susah buat ninggalin tanah kelahirannya sendiri. Bener ga tuh? wkwk tapi coba aja kalian liat orang sunda itu kadang satu keluarga besar itu bisa ada dalam satu komplek yang sama cuma selang rumah atau beda blok aja. Beda sama orang jawa atau batak yang kalian ibaratnya bisa nemuin mereka hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tapi ya balik lagi ke orangnya masing-masing toh banyak juga orang sunda yang merantau nun jauh hingga ke negeri seberang hehe.

Kedua sebenernya gue mau nyeritain sisi lain yang mungkin ga banyak gue ungkapin sebelumnya tentang pilihan ngekos gue yang cuma sebentar itu haha. Jadi gini ya my beautiful soul and mind yang mungkin nanti baca tulisan gue. Ruang sendiri itu nama yang gue kasih untuk sepetak kamar kos yang tidak begitu besar karena low budget dan (gue yang kecil + sendiri) jadi ukuran segitu cukuplah ya. Jangan tanya gue ukurannya berapa karena lupa. Yang pernah melipir ayo ingat-ingat.

I have my private place that no one knows what I'm doing and I'm planning about self. Yeay! That's what I want since long ago. I always dream of being apart from my 'old life' into 'new one'. I don't know it sounds ridiculous or not. But that's me wkwk. Tapi sampai akhirnya gue tetep diterima kuliah di Bandung, terus gue bisa apa? Yasudah bismillah percaya, yakin, dan husnudzan sama Allah. Dan waktu itu gue udah komitmen diri, apapun keputusan Allah yang menjadi ketetapanNya, bismillah ini pasti yang terbaik menurutNya. Cause I don't want being 'sotoy' what happen next with my own life yang sebenernya punya Allah juga. Dan sejak saat itu gue sedikit banyak paham tentang apa itu minat, bakat, kemauan diri, dan kemampuan. Sampai pada akhirnya gue berkesimpulan, Allah tau kemampuan gue makannya menempatkan gue di Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam (IEKI) dan kenapa ga di jurusan lain atau kenapa ga di kampus lain tapi di UPI. Fyi karena di Bandung sendiri dulu itu ga banyak yang mau masuk UPI karena framingnya yang kampus pendidikan dan nanti jadi guru. Terus istilahnya kek gampang aja buat sekolah-sekolah tertentu buat keterima di UPI. Jadi istilahnya mereka gamau masuk yang gampang aja gitu. Including me haha. Meskipun ga terucap tapi Allah tau isi hati ya, gue yang gamau masuk UPI ujung-ujungnya masuk UPI juga hahaThat's the beauty of Allah's plan. Trust me it works wkwk.

Gue itu segitunya jaga privasi sampai ga nyaman kalau orang lain tau apa yang menjadi keinginan atau harapan gue. Gue tipikal orang yang suka menulis atau membuat kamar gue rame, warna-warni, entah itu quotes, planning, hafalan atau board kosong yang bisa tulis hapus saat itu juga yang menurut gue it'll increase my spirit setiap kali gue liat atau baca itu. Dan sebahagia itu gue ketika bisa ngekos dan bisa jadi sekreatif yang gue mau without people knowing it. Tapi ya namanya juga kosan pasti ada aja yang berkunjung, tapi gue ga lantas nutup itu semua biar orang gabisa liat wkwk. Iya apa adanya aja, gue udah ga se insecure itu ko wkwk santuy. Kan bisa jadi juga pas orang lain liat jadi ilmu baru yang nambah pahala atau bantu meng-aminkan. Kan who knows so it's oke no problem. Yuk jadi kapan main ke rumah? wkwk

Ngangenin si ya masa-masa kesendirian itu.. tapi ya namanya juga fase kehidupan. Sekarang lagi ditakdirkan kembali ke rumah, yang mana Allah pasti punya maksud dan rencana yang tak kalah indah insyaAllah. Kitanya aja mau nurut atau ga. Dan alhamdulillahnya setelah-setelahnya Allah titipkan amanah di Bandung yang tidak bisa ditinggalkan. Terakhir titip pesen (self reminder juga) untuk yang sekarang sedang menjalani masa kesendirian itu, kalian mungkin bisa bebas ngelakuin apa yang kalian mau dan suka tanpa orang tua tau. Kalian punya banyak pilihan keputusan hidup yang hanya kalian sendiri punya kehendak menentukan. Tapi satu, Allah selalu tau apa yang kita lakukan, sekalipun baru terlintas di pikiran. Pilihlah keputusan-keputusan yang menghadirkan keridhaan Allah, yang menghadirkan kebaikan dan kebermanfaatan. Jadilah pribadi-pribadi muda yang Allah nantikan kehadirannya di akhir zaman. Sulit? Pasti. Tapi bukan berarti tidak bisa. Pelajari Islam, pelajari sejarah, bismillah semoga Allah selalu bukakan hati kita untuk menerima kebenaran. Semangat muda, semangat berkarya! Menjadi baik itu baik.