“Ini kosong? Kamu duduk sama siapa?” Tanyaku. “Iya kosong, belum ada.” Balasmu. Lalu aku bertanya kembali, “boleh aku duduk di sini?”, “boleh” anggukmu. Itulah awal perbincangan kita pada kelas lintas minat bahasa Inggris kala itu. Kita hanya berbeda kelas reguler namun kita banyak berjumpa pada kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan lainnya. Dan nyatanya, semeja denganmu adalah pilihan tepat yang tak pernah aku sesali. Terima kasih mau menerima kehadiranku dan banyak membantu setelahnya.

Mengenang masa-masa itu selalu membuatku tersenyum dan bernafas lega, meski dulu aku sempat ragu dan menyesali pilihan itu. Namun kehadiranmu selalu menguatkan dan membuatku yakin bahwa aku mampu. Berkali-kali jargon itu kusematkan dalam diri untuk menyugesti dan meyakinkan. Bahwa pilihanku memilih lintas minat itu bukan karena jago apalagi mahir, tapi karena mau belajar dan menjadi bisa. Sudah habis aku dibuat terseok-seok karenanya. Ketakutan selalu menghantui tiap kali masuk waktu pelajaran. Bodo amat soal nilai, aku sudah tak peduli. Aku hanya ingin belajar dan menjadi mahir. Bismillah, sesulit apa pun, aku pasti bisa.

Pertemuan demi pertemuan terjalani, rasanya kita menjadi pelengkap satu sama lain. Buku TOEFL yang tebal itu sudah jadi makanan sehari-hari. Tiada tugas yang aku tak bertanya. Tiap kali selesai mengerjakan tugas aku pasti selalu bertanya dan membandingkan. Dan berdiskusi denganmu membuatku kian bertumbuh. Pribadimu yang sedikit tertutup dan ‘minderan’ membuatku nyaman karena aku yang ‘terlihat tampil’ dan ‘being expectation from most people’ kadang membuat lelah dan ingin menepi. I just want to chill out and making small conversation with people I adore personally. Dan salah satunya itu, kamu.

Di luar konteks akademik, kita juga menaruh minat yang sama pada kegiatan ekstrakulikuler. Bertambahlah intensitas kita untuk bertemu dan menghabiskan banyak waktu bersama. Lagi, berbincang denganmu selalu mengasyikan. Kamu adalah orang yang tak pernah absen ingin ku ajak hangout, ngobrol bareng hingga kini. Orang yang mudah ‘hayu’ saat manusia ini perlu recharge energi dari pertemuan atau obrolan dengan orang lain untuk sejenak rehat dari rutinitasnya yang ‘so sibuk’. Walaupun kamu cuek dan lempeng, suka asik dengan dunianya sendiri dan suka riweuh tiba-tiba, tapi aku senang. Kamu, tetaplah seperti ini.

Suara tawa dan omongan cepatmu menjadi saksi betapa lekatnya hadirmu di ingatan sekaligus menjadi tanda bahwa kamu orang yang cerdas nan humoris. Multitalenta dengan segala kemampuan yang kamu miliki. Tidak mengapa menjadi multitalent instead of specialist, you still work your passion. Selama kamu menjaganya, kamu tetap akan menjadi seseorang di masa depan. Bahkan, pekerjaan ibu rumah tangga yang kelak tersemat adalah gelar paling mulia yang Allah hadiahi syurga jika kita hanya menjadikanNya muara tujuan. Jadi tetaplah semangat dengan segala aktivitasmu saat ini, syukuri bahwa tak semua orang seberuntung dirimu. Jadikanlah kesungguhanmu mengenyam pendidikan sebagai salah satu bentuk syukur.

Teringat dulu kau pernah coba membaca karakterku melalui tulisan. Di samping benar atau tidak karena you’re not specialist, tapi setidaknya pesan positif yang membangun turut serta dalam perkembanganku saat ini. Pengetahuan dan kemampuanmu yang cukup mumpuni membuatku mempercayakanmu untuk mengurusi tim mentor. Begitupun dengan pukulan dan tendanganmu yang powerfull, selalu memotivasiku untuk selalu bertenaga saat melakukan sesi latihan bela diri. Kamu yang bagus dalam sinkronisasi gerakan dan cepat menghapalnya, aku mengagumimu.

Waktu berlalu dan manusia kian berevolusi. Pilihannya hanya ada dua, menjadi lebih baik atau lebih buruk? Dan kuharap kita sama-sama berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Menjaga silaturahim ini tetap terjalin agar kita dapat terus mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran, menjadi sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Maka semoga kita dapat saling mengamalkan ilmu kita masing-masing sesuai dengan bidang keilmuan yang kita tekuni. Pertahankan apa yang menurut Allah baik untukmu, dan hindari hal-hal yang mendekatkan maksiat. Stop being inferior, be confident and looking outside, let the world and people know you. Cause you know, you are great!

Lalu semua berjalan seiring waktu
Tiada henti berkirim pesan
Yang sulit tersampaikan
Kau coba ungkap lebih sederhana

Alah bisa karena biasa
Akal yang semula berperan kini berganti hati
Begitu lihai setan mencari celah
Ya, mungkin sejak awal aku salah meladeni

Hari itu sang surya beranjak menaungi ubun
Dalam egoisku, setengah berencana
Berencana untuk menyegerakan pertemuan
Dan dalam tungguku, keinginan itu membuncah
Membuncah untuk segera diwujudkan

Terima kasih atas usaha dan pengabulan
Meski merah jingga tak tampak
Terima kasih pernah izinkanku jadi alasan bahagiamu
Maaf tuk alpa dan khilafku

Lantas apa kita harus terasing?
Dari yang tadinya biasa?
Atau kita hanya saling menjaga?
Untuk sesuatu yang tidak pasti?

Tapi aku tak mau mengutuki
Dan tak mau terus terbayangi
Mungkin hanya menyoal waktu
Untuk bisa lekas pulih
Sabar..

Dariku yang rindu
Pesan tiba-tiba dan senda guraumu

Semoga Allah menjagamu, niatmu, dan kebaikanmu