Sepenggal Kisah Hidup

Namaku Sabila Nur Fathiati, lahir di Bandung 18 tahun yang lalu. Tahun lalu aku lulus SMA dari salah satu SMA 'yang katanya bagus dan mungkin salah satu favorit' di kota kelahiranku. Berdasarkan pengalamanku tiga tahun sekolah di sana, aku tidak menampikkan hal tersebut. Ya bisa dibilang aku setuju dengan pernyataan tersebut. Walaupun tetap tiap sekolah pasti memiliki 'ceritanya masing-masing' yang tidak mengenakan di hati. Dan apa yang kita dengar dari orang-orang atau 'image' yang terbentuk di masyarakat tidak semuanya sesuai fakta di lapangan. Tapi dari situ aku bisa melihat sisi positif dan mengambil pelajaran darinya. Berarti sekolah itu telah berhasil memposisikan dirinya untuk selalu menjadi lebih baik. Dengan tirai dan tolak ukur yang tidak sengaja terbentuk di masyarakat membuat mereka enggan atau memilih untuk tidak melakukan hal yang tidak sesuai dan terus terpacu untuk menjadi lebih baik hingga terbentuklah ekspektasi publik bahwa mereka bisa dan layak diperhitungkan. Has someone who expect you more, make you brave and survive. Karena kalian ga mau ngecewain mereka. Pasti kalian akan terus berusaha dan berjuang untuk mencapai tujuan kalian dengan pressure yang ada.

Tapi mimpi dan impian tidak seindah kenyataan. Tidak lulus SBMPTN seolah menjadi momok menakutkan bagi para siswa kelas 12. Tidak keterima di perguruan tinggi negeri impiannya seolah menjadi hal paling memalukan bagi sebagian orang. Mereka merasa mereka telah gagal.

Ada beratus-ratus ribu orang yang mendaftar dan ingin menjadi bagian dari kampus-kampus favorit tersebut. Tapi, apakah iya tiap kampus memiliki kuota sebanyak itu? Ngga kan. Perbandingan jumlah pendafar dan daya tampung kampus pasti selalu tidak seimbang. Yaiyalah pasti dibatasi. Maka dari itu, percayalah dan yakinlah bahwa orang-orang yang diterima di kampus" itu orang pilihan. Orang yang Allah izinkan untuk mengemban amanah lebih dibandingkan orang lain. Semua seimbang kok. Ada negeri pasti ada swasta.

Aku tidak mengkatagorikan aku masuk kelompok mana, Because I'm here. In the middle. Jujur aku kecewa. Pasti. Itu manusiawi. Tapi I'm not that type of people yang lama dalam meratapi nasib. Yaudalah itu udh dilewatin, lanjut aja harus bangkit. Keep moving forward. Show must go on. Sebenernya aku ngerasa biasa aja begitu tau aku ga lolos jalur undangan. Karena udah feeling soalnya semester lima anjlok turun banget. Terus milihnya cuma satu pilihan lagi. Nekaad. Padahal orang" pada nyaranin solusi lain yang peluang aku lebih besar untuk lolos. But, I declined it. So, jadi ya itu udah pilihan aku. Karena tau SBMPTN itu susah dan aku sendiri ngerasa keteteran management waktunya, jadi ngerasa ga maksimal juga persiapannya. Pas lagi masa" intensif itu aku nothing tulus aja sih. Karena dari hasil" to jga bisa ke prediksi. Tapi bukan berarti aku ga optimis dan positive thinking. Cuma ya kayanya pikiran negatifnya dominan aja hehe.

Tadaaa. Maaf anda tidak diterima. Ngeliat tulisan itu awalnya biasa aja. Biasa feeling. Maapin aku ya Allah yang seringkali suudzon. Tapi begitu bilang ke mamah, entah kenapa haha baper jadi berkaca-kaca. Mulai deh pikiran ke mana-mana. Jadi we nangis beneran. Pengen ketawa sih sekarang kalo mengenang cerita itu. Karena budget terbatas, akhirnya aku cuma ikut tes Polban sama ITENAS. Polban ga lolos dan ITENAS keterima pilihan dua. Planologi. Ini juga sedih tapi ngakak. Aku ngundurin diri padahal udah keluar uang *****.

Ini juga sebenernya biasa aja. Yaudah terima kenyataan aku bakal kuliah di kampus ini. Tapi eeee ya dasar orang. Banyak dengerin dan nerima omongan orang. Masih inget sampe sekarang omongan tu bapak. Heuheu Ya Allah. Nyari beasiswa ceritanya. Eh bujubuneng susah amat ya nyari beasiswa swasta. Tapi sekarang sih udah lumayan banyak. Banyak nemunya yang luar negeri, akhirnya malah dijadiin alesan buat keluar. Dasar ya emang ni orang.

Singkat cerita, aku blm lolos apa". Ni buktinya masih nulis di sini wkwkwk. Gakan ada beresnya cerita aku mah. Too long and complicated lah haha. Nanti aja kalo lagi galau lagi bikin seri sepenggal kisah hidup selanjutnya yaa. Bye!

0 komentar:

Posting Komentar