Ada apa dengan hari ini? Itulah pertanyaan yang muncul di kepala begitu gue nyampe di tempat gue berada sekarang. M*D Soetta. Gue terdampar di tempat yang nun jauh dari rumah. Sendirian.

Hari ini angkot demo. Dan ojek online sepertinya enggan pula menerima order. Walaupun tadi pagi gue sempet coba order dan dapet, tapi drivernya minta cancel karena takut lama nunggu karena dia kebelet pengen ke toilet. Alhasil, gue seperti biasa langsung beraksi bangunin kakak gue. Awalnya dia suka susah, kalau lagi baik, gampang, kalau lagi susah, harus dikasih alasan jitu biar dia mau gerak bangun buat anterin gue. Back to the topic.

Jadilah gue lantung-lantung di pinggir jalan nunggu angkot yang gatau bakal lewat atau ga sembari terus merefresh order ojek online yang selalu dengan tulisan "Sorry, we didn't find you a driver". Nah loh kalimatnya aja sampai hapal :(. Setelah kurang lebih gue nunggu selama satu jam, akhirnya gue mutusin nelepon orang rumah buat jemput yang sama dengan gue harus menunggu sekitar satu jam lagi :(. But, it's ok setidaknya jelas akhirnya gue bisa pulang. 

Daripada gue nunggu pinggir jalan, akhirnya gue jalan dan nemu ini tempat. Setidaknya ada tempat cozy buat nunggu walaupun gue cuma beli satu chicken wrap sama teh botol karena pengeretan lebar buat ngeluarin duit mahal untuk sekedar ayam sama nasi :(.

Begitu gue nyampe entah kenapa gue cukup merasa 'it's not my place'. Lihat sekitar, orang-orang dengan gaya dan dunianya sendiri cukup membuat gue berpikir buat orang seperti apa tempat ini sesungguhnya. Tapi harusnya ga begitu sih. Lihat jalanan Kota Bandung yang kian ramai dan gemerlap, membuat kota ini hampir mengikuti jejak langkah Jakarta ataupun New York, yang dijuluki kota yang tak pernah tidur. Sometimes kalau lagi gini gue jadi suka kangen Bandung zaman dulu. 

Hiruk-pikuk kotanya yang kini makin dihiasi dengan kemacetan. Membuat siapa saja harus bersabar dan mencoba berdamai dengan waktunya yang harus rela terbuang di jalan. Orang-orang suka menyebutnya 'tua di jalan' saking lamanya waktu yang harus dihabiskan di jalan. Contoh gue, jarak kampus-rumah jauh. Naik motor ya kurang lebih bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Tapi masalahnya gue naik angkot. Yang mengharuskan gue menempuh jarak satu setengah jam minimal tanpa macet. Kalau macet, bisa nyampe dua jam cuma di jalan doang. Waktu yang menurut gue terlalu mubazir untuk sekali perjalanan. Tapi apalah daya sebelum gue bisa motor atau (mungkin kost) gue bakal terus bertarung dengan macetnya Paris Van Java.

Mobilitas dan individualismenya yang semakin tinggi kadang membuat gue berpikir apakah Bandung masih menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali? Terlepas dari segala banyak perubahan beberapa tahun terakhir.

Kota yang tak lagi bisa dibilang aman tatkala mentari menjemput. Kota yang diliputi rasa khawatir apabila kau berjalan sendirian. Gue akui, Bandung semakin canggih dengan smart city nya, semakin cantik dengan tata kotanya, dan semakin maju menyaingi sang Metropolit bahkan lebih maju lagi. Tapi entah kenapa gue justru ingin menepi dari indahnya kisah Bandung yang pernah ada. Menepi bukan untuk pergi tapi untuk menenangkan. Ada apa dengan Bandung hari ini?


Kemarin gue nonton salah satu video di youtube. Mungkin kalian yang nonton juga, bakal tau video siapa yang gue maksud. Tapi gue bukan mau bahas itu video. Gue jadi kepikirin aja tentang hal ini dan emang udah lama kepikiran tapi belum tau judul apa yang tepat dan isinya mau ngomongin apa. Well, thanks to master against the world yang udah bikin gue jadi keidean.

Hmm gue gatau sejak kapan, tapi udah dari lama gue selalu ngebiasain diri buat baca berita atau knows what's happening today setiap pagi. Kalaupun ga di pagi hari, intinya gue suka sempetin baca berita atau apa yang lagi happening sekarang setiap harinya. Dulu si gue mikirnya biar nambah pengetahuan, ga dianggep kudet, dan biar sukses haha.

Dulu tu gue sempet dibilang kalo mau jadi orang sukses, ya harus ngelakuin kebiasaan-kebiasaan orang-orang sukses. Salah satunya dengan baca koran atau berita hehe. Seiring berjalannya waktu, gue bisa bilang banyak banget manfaat yang didapet selain yang gue sebut di atas. Ini menurut gue ya, bisa jadi lo ngerasain yang beda.
1.   Gue jadi lebih bisa melihat masalah atau suatu hal dari sudut pandang yang berbeda,
2.   Lebih aware sama dunia sekitar,
3.  Lebih kritis atau skeptis terhadap suatu hal, maksud skeptis di sini tu gue ga langsung masukin setiap informasi yang gue terima tapi lebih digali lagi entah dari sumber yang berbeda atau kadang gue cari secara scientific nya.
4.   Selain itu gue juga jadi lebih bijak, teliti, hati-hati, dan lebih bisa ngatur emosi. Karena setiap kita cari informasi, kita harus punya sikap terhadap info atau masalah tersebut. Mau diapakan info yang kita terima tersebut, mau diproses positifkah atau sebaliknya? Di sinilah bijak itu diperlukan. Teliti dan hati-hati dengan setiap berita yang kita baca. Because we are what we think. Salah satu yang mempengaruhi kita berpikir adalah sumber dari mana kita memasukkan info-info tersebut ke dalam otak. Maka itu kita harus teliti dan hati-hati ketika mencari sumber dan memasukkan info itu ke dalam otak, agar otak tidak salah dalam memahami dan memprosesnya.
5.  Attitude is important. Sikap itu diperlukan di mana pun. Salah satunya ketika mencari dan mencerna informasi yang didapat. Semua ada etikanya. Menyoal emosi, karena ketika gue baca, otomatis tergambarkan emosi atau reaksi yang harus dipilih terhadap hal tersebut. Apakah kita setuju, feeling well, apakah biasa aja, atau justru kesal tersulut emosi? Maka emosi menjadi poin penting untuk dikelola. Kek nya masih banyak manfaat yang secara ga sadar mungkin gue rasain juga. Kurang lebih gambarannya seperti itu.

Tapi sekarang gue kurang merasakan manfaat-manfaat di atas. Banyak artikel, berita, bahkan terkadang dari portal berita yang udah senior istilahnya, yang asal caplok. Isinya terkadang hanya seputar opini-opini penulis yang tidak diketahui kebenarannya. Isinya ga jauh beda sama laman sebelah cuma diubah kata-katanya. Diksi ga baku lah, kurang tepat lah, strukturnya ga jelas, dll. Gue prihatin kadang bacanya. Ini apaan? Penting yang kaya gini dijadiin bahan berita atau artikel? Emang harus ya sampe yang kaya gini harus semua orang tau? Gossip seputar selebrities. Gimana si berita yang bagus dan layak baca sebenernya? Perasaan dulu ga gini-gini amat. Jarang hampir ga pernah malah. Namanya aja gossip, kabar burung, yang kita gatau aslinya gimana. Dan lagian ngapain sih kita ngepoin hidup orang? Mending ngurusin hidup sendiri. Kita sendiri aja belum tentu ke urus. Ini malah ngurusin hidup orang hehe. Aneh si kenapa orang Indo itu kepo banget. Di pelihara lagi. Biarlah orang dengan kehidupannya dan kita dengan kehidupan kita. Lain lagi masalahnya kalau dia sendiri yang mengumbar kehidupan pribadinya. Kalau udah jenuh kadang gue suka lari ke berita global, yang menurut gue lebih menarik. Hehe. Tapi tetep aja gue gabisa lepas pandang dan ga merhatiin kedaan negeri tercinta ini.

Zaman berubah dan pelaku kehidupannya pun kian menyesuaikan. Sekarang orang mau jadi apa aja bisa. Banyak pekerjaan yang ga ada label dan namanya. Setiap perubahan dan gebrakan pasti selalu menghasilkan sisi positif dan negatifnya. Quotes umumnya sih, bagai dua sisi mata uang. Positifnya mungkin membuka banyak lapangan pekerjaan baru, menjadi wadah bagi mereka yang tertarik dengan dunia ke-jurnalis-an, memberi hak kepada siapa saja yang mau berkarya dan ingin maju, dsb. Sedangkan sisi negatifnya seperti yang gue bilang di atas, mungkin ada ketidaksiapan tersendiri dari masyarakat dalam menerima perubahan dan belum mature ataupun bijak dalam menyikapi banyak hal, terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan. Menebar benih lebih mudah daripada memperbaiki akibatnya. Mungkin inilah mengapa berita-berita sekarang bisa dibilang kurang bermutu dan kurang mendidik. Karena siapa aja bisa jadi writer dan boom langsung tersebar di dunia maya. Sehingga kurang tersaring dan kurang ter-edit. Karena bukan orang-orang yang memang ahli di bidangnya. Walaupun banyak orang-orang yang memang potensial mengambil ini sebagai side job mereka atau bahkan menjadi pekerjaan utama walaupun latar belakang pendidikan mereka bukan di bidang media dan jurnalistik.

Menurut gue kalau udah gini, balik lagi ke pribadi kita masing-masing. Mau posisi kita sebagai yang menulis ataupun netizen yang membaca kita harus sama-sama bijak dan berpikir, introspeksi diri, mana informasi yang layak untuk dijadikan bahan berita dan mana informasi yang layak untuk dibaca dijadikan bahan referensi. Untuk mereka yang masih berkeinginan untuk menulis, tulislah yang baik-baik, yang bisa memberi manfaat bagi dirinya dan orang banyak. Terus latih dan kembangkan keahlian dibidang kepenulisan, jurnalis, atau apalah itu sebutannya. Kurangi berita-berita yang tidak penting dan kurang mendidik, jangan hanya karena mengejar rating, menarik minat pembaca dengan judul yang wah tapi isi tidak sesuai atau bahkan biar viral aja. Berilah bacaan yang mengedukasi, agar rakyat kita pun semakin cerdas, bukan terbodohi.

Untuk mereka yang membaca, gue udah bilang kali ya di atas hehe. Bacalah yang baik-baik yang bisa memberi manfaat bukan yang justru memberi mudharat. Sama-sama jadi warga Indonesia yang bijak biar Indonesia kian tercerahkan dan tercerdaskan. Kalau gini terus mau dibawa ke mana Indonesia?

I don't even know if it's the right time to talk about money. Udah lama pengen nulis tentang ini tapi baru full keidean pengen nulis sekarang. Gatau kenapa rasanya gerah aja pengen ngeluarin uneg-uneg dan my perspektif about this thing that can make everyone jadi seseorang yang bisa ngelakuin apa aja karena doi punya duit. Atau sebaliknya rela ngelakuin apa aja demi duit? But, kalo kita pikir lagi, Is it really our money is ours? Think again. I don't think so.

Gue ga diposisi manapun. Tiap kali nulis ataupun bicara sebisa mungkin gue coba netral dan bijak dalam menyikapi dan menghadapi apapun. Jujur gue pun sekarang ga punya duit. Really? Apa iya orang-orang bakal percaya kalau gue bilang gitu? Orang-orang yang deket sama gue atau mereka 'temen seperjuangan gue' mungkin percaya. Hiks sedihnya emang begitu keadaannya. Tapi gue selalu tanemin dalam pikiran gue, kalau gue punya duit. Kenapa? Karena apapun yang kita pikirin itu bisa jadi kenyataan. Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati dan pikiran hamba-Nya. Dan meskipun itu baru sebersit aja terpikir, bisa jadi seketika Allah kabulin. Makanya gue selalu mikir entah aslinya ada atau ga, kalau gue punya duit. Hahaha orang suka recehin gue sih kadang. "Tapi kan bil, ga ada duitnya." Emang, kalem nanti juga bentar lagi ada. Pernah juga karena berasa punya duit di dompet, gue tenang-tenang aja. Eh taunya pas mau ngeluarin, dompetnya kosong melongpong gada isinya. Wkwkwk. Tapi gue ga pernah nyesel atau berhenti berbaik sangka atau berpikir positif. Allah sesuai prasangka hamba-Nya. And I'm definitely without any hesitate truly believe it. Lagian kan Allah juga yang jamin rezeki kita. Hehehe Jadi gausah khawatir asal kitanya terus berusaha dengan cara yang berkah dan halal pastinya. :B

Lah kebiasaan kalo mau ngomong sesuatu suka melipirnya jauh kemana-mana suka jadi hilang fokus mau ngomongin apa sebenernya. Haha. Ohiya inget, back to the topic guys. Iya kadang orang itu ga percaya kalau gue ngomong ga punya duit. Why? Because you look from the outside that my house look bigger? Really? But it's not my house. I still live with my parents. Itu juga rumah KPR. Masih jauh cicilannya. Is it because you look what I'm wearing? Really? Gue bahkan ga pernah pake merk-merk branded. Plis karena itu terlalu mahal. Liat harganya aja gue ga sanggup karena udah tau pasti ga sanggup beli. Bukan ga sanggup beli juga si, tapi milih ga beli. Kalau masih ada yang lebih murah tapi kualitas ga jauh beda, kenapa ga? Jadi duitnya bisa dialihin buat beli yang lain atau disimpen. Kalo liat gue pake merk-merk yang menurut lo itu lumayan, itu artinya gue cuma punya itu aja. Maksudnya? Kadang untuk barang-barang tertentu gue lebih milih kualitas dibanding harga. Walaupun tetep, pasti gue mertimbangin harga. Udah berapa kali lebaran, gue ga beli baju. Seriously. Baru lebaran kemarin gue beli baju lagi, itupun ga banyak cuma empat pieces baju 5* ribu an karena cuci gudang, ditambah gue beli bukan buat gue sendiri, tapi yang sekalian bisa pake buat ade sama kakak gue. Sekalian gue nambah baju buat kuliah ntar. Sekarang gue kalo pergi kemana-mana pasti pake baju itu-itu lagi. Cuma di tuker-tuker aja biar ga terlalu 'sama teuing' diliat orang. Sebenernya kalo gue sendiri sih, cuek selama gue nyaman, dan itu baju masih layak pake belum kekecilan, belum belel, belum bolong, masih nutup aurat, dll pasti masih gue pake. Gue ga pernah sama sekali beli baju di mall-mall. Kalo mau dibilang, level gue tu masih harga pasar baru bahkan kadang gue merasa itu masih kemahalan. Kings belum lama ini udah buka lagi walaupun belum keisi semua. Tapi kemarin, gue beli baju lebaran di situ. Dan gue rasa ini bakal jadi destinasi gue selanjutnya kalo beli baju. Masuk kantong banget. Bahkan jual gamis bagus ditambah sama innernya aja masih ada yang 11* ribu. Harga yang susah didapet zaman sekarang. Kadang gue juga ngerasa, budget gue kalo belanja dari dulu selalu sama, tapi kenapa makin ke sini, makin sedikit barang yang bisa gue beli dengan harga yang sama. Terus suka mikir, apa orang-orang makin kaya ya? Indonesia makin banyak orang kaya sekarang? Merk-merk mahal itu tetep bertahan karena ada pasarnya. Karena ada yang belinya kan? Tapi kenapa kasus kelaparan, kemiskinan, dll masih juga tinggi? Well, gue bingung.

Balik lagi. Haha. Is it because you look what I'm eating or where I'm visiting? Ini juga seharusnya bukan. Kalau lo beneran kenal gue, lo pasti tau jawabannya ga. Mana pernah gue nongkrong-nongkrong di kafe ga jelas, yang harga satu cangkir kopi biasa aja bisa nyampe 40 ribu? Gue si mending beli baju atau makanan bergizi. Mana pernah gue beli makanan yang untuk seporsi cuma nasi sama ayam biasa aja bisa nyampe 40 ribu? Mending makan di warteg atau warung pinggir jalan sekalian dah. Kalau pun pernah, alhamdulillah lagi ada rezekinya. Makan di McD atau KFC sekalipun, sekarang, gue merasa itu mewah. Mending bawa bekel dari rumah. Sehat dan lebih murah. Bahkan, untuk sekedar beli air bening pun gue enggan. Mending bawa minum dari rumah. See? Sekarang kalau gue pergi kemana-mana pasti selalu bawa minum dari rumah. Bahkan ke mall sekalipun. Kalau gue meeting atau ketemuan sama siapa ke, mall itu cuma tempat doang. Sisanya gue ga beli apa-apa. Akhir-akhir ini kalo pergi keluar, cuma ada ongkos dan lebihnya dikit. Bahkan beberapa hari kemarin, gue ga sempet sarapan dan ga sempet nyiapin bekel. Alhasil dari pagi itu gue nahan laper walau perut keroncong bunyi terus. Ongkos aja kurang, akhirnya gue harus jalan dulu lumayan, baru nyambung angkot lagi. Berat diongkos emang kalau naik angkutan umum. Tapi ya begitulah keadaannya. Gue baru makan malem, bada magrib itupun karena di traktir. Kalau lo tau dan liat gue pernah makan di tempat-tempat tertentu, itu tandanya gue lagi ada rezeki lebih dan hasil nyimpen beberapa hari sebelumnya. Itupun masih tempat level menengah. Yang maksimal ngeluarin 4* ribu, itupun udah semuanya ga ada tambahan lain. Pokoknya gue coba se-irit mungkin dan se-ekonomis mungkin ngeluarin duit.

Semuanya gue coba syukuri. Alhamdulillah masih bisa makan, masih bisa tidur nyaman, masih punya orang tua yang peduli, saudara-saudara, temen-temen, dan lingkungan yang baik. Orang ga akan tau dalemnya kita, apa yang kita alami dan apa yang pernah kita lalui sejauh ini. Yang mereka tau hanya yang nampak, itupun mereka gatau kisah dibaliknya. Gue juga gatau nyambung atau ga judul sama tulisan yang gue bikin. Cuma mungkin gue pengen curhat dan menuangkan apa yang gue pikir sekarang ini. Kenapa sekarang apa-apa soal uang? Uang, uang, uang, dan uang. Gue suka penasaran, ada ga sih orang yang dipikirannya cuma soal uang doang? Atau sebaliknya, yang dia aktif secara kegiatan, tapi secara keuangan dia ga punya? Gue rasa sih ada, tapi mungkin ga banyak. Sekarang apa-apa harus pake uang. Sampe sedih liatnya orang yang kerja mati-matian demi uang, yang ujung-ujungnya sakit juga karena over menggunakan fisiknya. Orang yang menghalalkan segala cara demi sesuap nasi. Atau orang yang dengan seenaknya menghambur-hamburkan uang untuk hal yang ga penting-penting amat. Karena dia merasa duit duit gue, bebas gue mau ngapain. Tapi benarkah? Bukankah sejatinya semua yang ada pada kita cuma titipan? Kita lahir ke dunia with nothing, meninggal juga with nothing. Lalu apa yang harus kita banggakan dengan harta yang hakikatnya bukan milik kita? Semua yang ada di dunia ini cuma titipan. Amanah yang harus kita jaga. Karena kita akan dimintai segala pertanggung jawabannya kelak.

Di sini kadang gue merasa bersyukur banget sama Allah dan bahagia karena merasa cukup. Gue justru khawatir, kalau gue diposisi yang punya uang banyak, apakah iya, gue bakal tetep prihatin sama orang dan jadi sosok gue sekarang ini? No one knows. Apa iya gue bakal ngegunain uang gue di jalan yang bener? Apakah gue terlena atau ga. Gue juga ga bisa jamin. Karena sungguh, kilaunya dunia itu membutakan. Mungkin inilah cara Allah menjaga dan mendidik gue. Meski dengan susah payah. Meski dengan menahan lapar. Meski kuliah dengan beasiswa atau kerja sampingan. Kitanya aja harus ikhlas. Semua itu butuh usaha dan perjuangan (doa mah udah pasti). Gue bakal terus berusaha untuk pendidikan dan kebermanfaatan. 

Masalah itu ga akan terselesaikan dengan kita mengeluh atau menyalahkan keadaan. Bahkan motivasi dan antusias aja ga cukup. We have to face, fight, and against it! Dan bersyukurnya banget, dari gue kecil, Ortu gue selalu ngajarin buat liat ke bawah. Bahwa masih banyak orang yg ga seberuntung kita dan lebih membutuhkan. Sedih juga ngeliat hidup yang kian teralihkan dengan keduniaan, hanya mencari harta dan kesenangan semata. Mencari rezeki yang udah Allah jamin kecukupannya dan melalaikan akhirat yang kita belum tau kepastiannya. Semoga Allah melindungi kita semua. Aamiin. Senantiasa memberikan hidayah dan taufik-Nya. Menunjukkan dan mengarahkan kita ke syurga-Nya. Aamiin..

What's your dream? What you will be in the future? What major will you choose in university? Do you have a girlfriend or a boyfriend? At what age you will be married? How many children you want to have? etc. I don't know why people ask such questions. Until now. It's like a never ending question, isn't it? 

What makes me wonder is, do such questions just happen in my country or in other countries do the same things? Or is it just a tradition? Maybe. I don't know. But, what I found was maybe it depends on a person. Because some of my friends from different countries they're very welcome and don't mind if I ask questions above. Although I don't ask specifically.

I think it's not a problem to ask people such questions. But, what we have to underline is everyone has their boundary. If they're not comfortable when you ask about something, then stop it. Don't try to get answers forcefully. Be respectful. And absolutely don't ask in the first time you chat or you meet. People have many characteristics and we don't know which character we talk to. Ask the common question and ask for their permission if you want to ask something privacy.

These are the points. I still found most of people are through the border. In addition, these days, we can access everything on the in internet. It makes it easier for people to see a person's information and act like they know very well about that person. Whereas, they got that information through the internet or people saying. Sometimes, this is annoying, right? Come on guys let's stop it.

I'm not fully hated, but I think it's not funny when people are more hurt because of this kind of thing. Luckily it's not happened to me. No, actually I've experienced it. But, I back to my sense soon. Because I know, no one in this world knows more about me except me and God. Don't live in people expectations. Accept and love yourself. Everyone is unique. Everyone is special.

I'm very thankful for those kind of people. Because of them, I have a different paradigm and a different perspective to see the world and see life. Many people encounter the change of fundamental paradigm when they get a threatening mental crisis and suddenly see their priority on the other side or different ways. And yeay! That's what makes me try life in the opposite. I want to break through "the rules of life" and get out of my comfort zone. Explore more, learn more, and experience more so I can lift up myself to the next level becomes the best me.
Senin, 6 Maret 2017. 2.05 pm. Waktu gue nulis sekarang. Rasanya baru kemarin gue ga lolos SNMPTN. Rasanya baru kemarin gue lulus SMA. Rasanya baru kemarin gue ga lolos SBMPTN. Rasanya baru kemarin gue meratapi nasib. Rasanya baru kemarin gue ikut tes-tes masuk perguruan tinggi. Rasanya baru kemarin gue ngundurin diri dari ITENAS. Rasanya baru kemarin gue nekat ikut KGSP (Korean Government Scholarship Programee). Rasanya baru kemarin gue join banyak website untuk belajar Inggris gretongan. Rasanya baru kemarin gue ikut kursus TOEFL. Rasanya baru kemarin gue ikut OSC (Online Scholarship Competition). Rasanya baru kemarin gue nyoba lamar kerja dan ga keterima. Rasanya baru kemarin gue ter-ngeh-kan oleh zenius. Rasanya baru kemarin gue jadi serabutan worker di internet dan jadi member survey berbayar. Rasanya baru kemarin gue bikin-bikin video lyric untuk diupload. Rasanya baru kemarin gue bikin exploding box as birthday present sekalian bahan promosi jualan. Rasanya baru kemarin gue melihat dunia (lagi), melibatkan diri kembali setelah hampir lupa bagaimana menjadi manusia. Ikut GANIFA (Keluarga Alumni Ghifari), ikut Rubel (Rumah Belajar) Sahaja, ikut bergabung dalam sebuah brand, dan masih banyak anonim kegiatan yang ga gue sebutin. Intinya alhamdulilllah, ternyata gue menghiasi waktu untuk mengexplore dan mencoba banyak hal baru. Ga kosong-kosong amat, ga 'pengangguran-pengangguran' amat, ga geje-geje amat, seperti yang orang lain liat dan bilang ke gue. Well, gue udah kebal sama perkataan kek gitu dan justru berterima kasih sama orang-orang itu, karena udah care dan peduli sama diri gue, yang diam-diam terlibat dalam perubahan gue hingga saat ini. Dan gue bersyukur atas keadaan dan diri gue saat ini.


Gue bingung sama orang-orang yang hidupnya hanya mengomentari dan mengkritisi hidup orang lain, atau ngepoin hidup orang. Gue gasuka terlalu kepo dan mencampuri urusan orang lain. Buat apa? Ga bermanfaat, yang ada malah nambah dosa. Kenapa gue bilangnya 'terlalu kepo' karena kita harus (kepo) aware dan sadar tentang kondisi lingkungan sekitar kita tapi cukup, ga perlu berlebihan. Semua ada batas dan izinkan tiap-tiap orang punya privasi mereka sendiri. Karena segala sesuatu yang berlebihan itu memang tidak baik bukan? Allah said. Ga perlu juga gue pengumuman ke orang-orang tentang kegiatan gue, tentang pencapaian gue (kaya punya prestasi aja haha), tentang segala apapun yang gue lakuin. Buat apa? Sekali lagi ga perlu, yang ada malah nambah dosa. Takutnya malah jadi riya dan terlalu bangga akan diri sendiri. Naudzubillah. Tiap orang punya kelebihan dan spesialisasinya masing-masing. Gausah iri, syirik, ataupun dengki. Justru yang harus kita takutin adalah ketika kita tidak menggunakan potensi aqliyah, jasmaniah, dan ruhiyah yang udah Allah kasih dengan sebaik-baik dan sebenar-benarnya. Gue pun sama, nulis seperti ini bukan berarti udah baik, masiih jauh banget. Tapi ayo sama-sama kita saling mengingatkan dan memperbaiki diri. Sholeh/ah berjamaah.


Daripada sibuk ngurusin kehidupan orang lain dan terus merhatiin rumput tetangga yang selalu tampak hijau, lebih baik peduli sama diri sendiri dan coba tanam rumput itu sendiri. Kenapa rumput tetangga selalu tampak hijau? Karena dia menanam, merawat, menjaga rumput tersebut. Sedangkan kita? Kita hanya sibuk ngeliatin hijaunya rumput tetangga tanpa menanam dan ngerawat rumput kita sendiri. Sifat dasar manusia memang, selalu merasa kurang dan mengeluh. Tapi coba analisis, kenapa bisa muncul sifat kaya gitu? Bisa jadi karena kita tidak bersyukur dan tidak merasa cukup dengan apa yang kita punya. Bukankah ketika kita bersyukur, Allah bakal menambah nikmat kita? Ubahlah kata mengeluh itu menjadi meng-Allah. Menjadikan kebergantungan kepada Allah saja. "Allah-lah tempat bergantung segala sesuatu." (112:2). Jangan takut miskin, sedangkan kita adalah makhluk dari Dzat Yang Maha Kaya. Jaaa. Uang itu cuma alat pembayaran yang dibikin sama manusia doang. Walaupun emang, pada praktiknya itu sulit. Sulit untuk terus positive thinking dan berprasangka baik sama Allah. Tapi bismillah semua itu bisa diusahakan.

Haha flashback dan throwbacknya kejauhan dan jadi ngelebar ke mana-mana. Terlalu curcol. Oke gapapa, cukup sampai di sini kita balik lagi ke topik awal.

Kadang gue berpikir, bahkan sampai saat ini. Bener ga sih, sekarang waktu yang tepat buat gue coba-coba kaya gini? Tepat ga sih waktunya kalo sekarang gue malah sibuk sama hal-hal 'ga penting' kaya gini bukannya belajar mempersiapkan diri buat ikut SBMPTN lagi. Mencoba peruntungan lagi untuk kuliah di PTN. Bener ga sih apa yang gue lakuin? 'Penting ga penting' itu bergantung pada preferensi dan prioritas masing-masing. Cuek aja lagi. Kadang kita harus tutup telinga dan ga peduliin apa kata orang. Hehe  But, life is a mistery guys and will always be. Cuma Allah yang tau ke mana arah hidup akan dibawa. Semua Allah yang atur. Kita hanya perlu berusaha, doa, ikhtiar, dan tawakkal pada akhirnya. Yang pasti tetap tautkan hati kita hanya pada Allah. Selama yang kita lakuin bermanfaat dan dalam rangka beribadah kepada Allah, bismillah jalanin aja. Walaupun kita gatau akan seperti apa pada akhirnya. Tapi yakin Allah lebih tau mana yang terbaik buat hamba-Nya. Akan selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa. 

Ga kerasanya, sekarang tinggal H-70 SBMPTN 2017. Pengen nangis rasanya ngeliat persiapan gue. Tapi apalah daya. Banyak banget faktor x diluar kendali. Gue gatau bingung gimana mengekspresikannya, nano-nano rasanya. Tapi gue percaya dan yakin selama kita selalu berusaha sekuat-kuatnya, selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap hal yang kita lakuin, hal sekecil apapun, berdoa sebanyak-banyaknya, bantu Agama Allah, bantu orang lain yang membutuhkan bantuan, dan ambil kesempatan yang tersedia. InsyaAllah akan manis pada akhirnya.

Barang siapa yang menolong agama Allah, pasti Allah akan menolongnya. Soal yang membantu sesama, ibarat resonansi, ketika kita melakukan satu kebaikan, maka kebaikan lainnya akan mengikuti. Kalo kata buku magnet rezeki (kalo diizinkan kita bahas di tulisan terpisah), ibaratnya kita tinggal mengaktifkan energi kita di level dunia quantum dengan cara Allah.

Kuliah itu sama kaya sekolah, buat belajar buat cari ilmu. Kalo belajar bisa di mana aja, berarti kuliah juga bisa di mana aja. Institusi itu hanya salah satu wadah yang dibuat oleh manusia supaya lebih fokus, lebih jelas arahan belajarnya. Hadiahnya kita bisa dapet gelar. Gue bakal tetep berusaha untuk bisa kuliah di Institusi, tapi balik lagi pada Ridha Allah. Kalau memang pada akhirnya Allah tidak mengizinkan gue kuliah di Institusi ga masalah. Itu artinya gue memang harus kuliah kehidupan yang harus w cari kurikulum dan silabusnya sendiri. Lebih menarik dan menantang justru hehe. Kalo kata Prof. Rhenald Kasali, sukses itu It's all about mental.

Ya di waktu hidup yang ga banyak di dunia ini, yok ah kita sama-sama jadi manusia yang lebih baik lagi, yang selalu mengisi waktu dalam rangka beribadah kepada Allah. Tidak menyiakan-nyiakan waktu dengan hal-hal keburukan. Manfaatkan waktu yang kita punya saat ini. Keep Hamasah, guys!



Hampir satu bulan gue gabung sama komunitas anak jalanan. Gue bingung kalo dilabelin, apa sebutan yang cocok. Tapi gue lebih suka menyebutnya seperti itu. Rubel (Rumah Belajar) Sahaja namanya. Tak tahu pasti kapan perkumpulan atau organisasi atau komunitas ini ada. Menurut salah satu ‘dedengkot’nya atau mungkin tetuanya apalah sebutannya itu, perkumpulan itu sudah ada sejak tahun 2004 silam. Dan mulai ‘eksis’ dua tahun kemudian. Berarti sudah kurang lebih 13 tahun sejak komunitas ini berdiri.

Gue pribadi tahu komunitas ini sejak Oktober tahun lalu dari temen gue. Waktu itu gue lagi dalam proses melamar pekerjaan untuk pertama kalinya di salah satu perusahaan di Bandung. Setelah selesai interview, gue janjian dengan teman w yang juga bekerja di situ untuk makan siang bersama. Saat gue pamit hendak pulang, biasa kita menyocokkan jadwal untuk kita hangout bersama. Di situ dia bilang kalau dia aktif di komunitas Rubel Sahaja ini. Nah dari situ gue kepo tentang Rubel Sahaja ini. Gue searching lewat instagram, liat-liat dan cari tahu apa kegiatan mereka. Terus gue liat open recruitment (oprec) relawan baru sebulan yang lalu. Berarti kemungkinan dibuka lagi gatau kapan. Akhirnya gue nunggu dulu. And then,  yeay finally mereka oprec awal Februari kemarin. Langsung deh hari pertama setelah mereka posting, gue langsung isi form pendaftarannya. Terus pas besoknya, gue diajak sama temen gue itu untuk coba ikut (belum ada tindak lanjut dari oprec) itungannya gue baru berkunjung aja. Dan dari situ ternyata gue tahu kalau saat itu (Oktober) gue mau join juga  bisa. Jadi ga usah nunggu oprec yang baru dibuka tiga bulan kemudian. Gapapa lah itung-itung membulatkan tekad kalau gue bener-bener pengen gabung. Ya masuk secara resmi juga lah ya. Mungkin segitu aja throw back nya sampai gue join komunitas ini.

Sabtu, 4 Februari 2017 jadi hari bersejarah antara gue dan Rubel Sahaja. Diawali dengan jalan dari perempatan Rajawali sampai Pasar Ciroyom (karena diturunin mamang angkot, macet katanya, ya kami maklum Bandung kalau weekend memang lebih macet), menyapa mereka di jalanan (umumnya mereka adalah pengamen dan maaf rata-rata mereka yang ngamen itu ngelem (ngehisap lem aibon)), mendatangi rumah-rumah lusuh dan gubuk mereka di pinggir rel kereta, menyusuri pasar (dulu waktu gue SMP sama SMA paling males kalau angkotnya udah masuk pasar, bau soalnya, tapi sekarang malah 'bersahabat' ama ni pasar) lalu masuk ke dalam pasar dan tibalah kami di atap Pasar Ciroyom. Ya atap pasar inilah yang biasanya dijadikan tempat untuk berkumpul belajar bersama kakak-kakak Relawan Rubel Sahaja. Belum punya tempat sendiri memang, tak apa manfaatkan saja ruang yang ada. Hari itu kami kedatangan tamu kakak-kakak mahasiswa dari Teknik Pertambangan ITB. Salah satu program mereka dalam rangka pengabdian kepada masyarakat katanya. Kita ambil positifnya aja. Semoga tidak hanya sekali saat itu saja, tapi juga bisa berlajut di luar program itu sendiri. Keinginan sendiri. Panggilan hati lah istilahnya hehe. Ohiya di akhir kegiatan mereka juga memberikan bantuan seperangkat alat tulis. Buku, pensil, dsb.

Gue coba mengakrabkan diri dengan mereka. Dan mereka pun sebaliknya. Mungkin karena mereka terbiasa bertemu dengan orang baru dan terbiasa dengan kakak-kakak di rubel ini, akhirnya kebawa juga sifat mereka ke gue. Main toal-toel, gandeng tangan, kalo duduk berpangku siku, kalo kata di reality show Korea mah ‘skinship’, ya macem begitulah. Aneh buat gue yang ga biasa disentuh orang sembarangan. Tapi positifnya kami seolah dekat dan mempercepat ‘keakraban’ kami. Ya mungkin disitu mereka merasakan kehangatan, kasih sayang, dan dekat dengan kami.

Ritual selanjutnya begitu mereka sampai ke atap, harus mandi sekalian wudhu terus sholat Ashar. Setelah Sholat, baru kegiatan belajar dimulai. Matematika. Itulah pelajaran pertama yang harus gue ajarkan kepada mereka. Satu anak satu relawan. Walaupun kadang ga seperti itu, bebas gimana nyamannya anak aja. Tapi tetap diusahakan one to one. Tempatnya pun sama bebas. Gue kebagian megang Ivan. Cowok yang ternyata umurnya cuma satu tahun lebih muda daripada gue. 17 tahun. Wow! Aku speechless waktu itu. Aku kaya dapet tamparan besar. “How lucky you are to born and live among your family!” jadi keinget salah satu ayat, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. Huhu. Kami belajar macam-macam. Tapi inti pelajarannya belajar perkalian. Setelah kbm selesai, kegiatan selanjutnya adalah makan. Ada yang dimakan di tempat ada juga yang dibawa pulang. Sudah kegiatan berhenti di situ. Biasanya ada beberapa dari mereka yang ikut sholat Maghrib bersama kami.

Kami sendiri setelah kegiatan biasanya ada evaluasi. Gue kagok dan kikuk gitu karena newbie. Untung ada yang deket satu jadi ada pencair suasana. Setelah itu kami pergi ngopi di Kue Balok Kang Didin yang di Pajajaran itu lhoo yang enak dan legendaris hehe. Eval sambil merencanakan dan menentukan berita acara kegiatan selanjutnya. Dan emang rezeki anak sholehah, hari itu ternyata di traktir sama Kak Rimaa. Yeah tau aja kalau budget gue kecil haha (udah di itung sebelumnya kalau ke kue balok doang mah cukuplah duitnya). Btw, thanks a lot ya Kak jadinya duit w utuh. Intinya gue seneng hari itu. Pengalaman baru, tantangan baru, dan InsyaAllah ladang amal baru.
Gue tahu metode ini atau MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) ini pas gue lagi bikin (ps) personal statement September kemarin. Ceritanya buat nambah amunisi. Haha sebenernya karena bingung deng. Walaupun kadang kata sebagian orang, aku itu tipe yang mengetahui keinginan diri, tapi sebenernya gue ga merasakan itu dalam diri gue. Gue bahkan masih bingung kalo ditanya orang gue itu orang yang kaya gimana. Mungkin kalau secara 'nama' karakter gue gatau, tapi kalo secara 'merasakan' bisa kali ya. Kaya ga ah, gue mah ga gitu atau iya sih, gue emang gitu orangnya. Tapi itu tu kaya refleksi omongan orang yang gue cocokin sama gue sendiri. Istilahnya harus disadarin atau dikasih tau orang lain dulu baru ngeh. Kata orang + pemahaman terhadap diri sendiri + refleksi sama orang lain. Jadinya waktu mau bikin ps, aku coba ikut-ikut tes kepribadian online gitu. Biar gratis ceritanya manfaatin wifi di rumah. Nah salah satunya tes MBTI ini.

Kadang gue bingung kalo ngisi yang ginian karena tiap lagi ngisi tu kaya udah tau, kalo ngisi ini nanti jawabannya ini, nanti kalo ngisi itu jawabannya itu. Berdasarkan pengalaman sih bener. Jadinya berasa perang batin. Satu sisi ingin jujur, tapi di lain sisi juga ingin memenangkan argumen diri. Jadinya bisa sampai berapa kali lakuin yang gini karena keraguan dan ketidakyakinan haha. Walaupun sama aja, kalo udah keluar hasil yang sama beberapa kali tetep percaya ga percaya. Mungkin karena anggepan awalnya suka mikir "sok tahu banget sih" atau karena kita ga mau ngakuin kelemahan atau gamau punya sifat yang kaya gitu. Maunya yang bagus-bagus aja. Maybe. Bisa juga mungkin karena dari sumber-sumber yang gue baca entah artikel, buku, blog, atau apapun tes kepribadian kaya gitu tu masih debatable. Standar atau metode pengukuran yang digunakan tiap ahli yang satu dengan yang lainnya masih beda atau tolak ukur yang dijadikan bahannya kadang masih diragukan atau ga valid, dan sebagainya. Faktor pengalaman, cakupan pengetahuan, dan tipe kepribadian ahli itu sendiri jadi pertimbangan. Jadi gue pribadi kalo udah ikut tes-tes macem gitu entah psikotes atau apapun, ga pernah saklek dijadiin patokan. Hanya dijadiin bahan referensi atau rujukan tambahan di samping goal atau planning gue sendiri. Delusional mungkin tapi gue percaya, dengan Allah apa aja mungkin. Jadi walaupun menurut kita udah usaha maksimal tapi Allah ga ridha atau belum ngijinin, tetep aja ga akan jadi. Tapi kadang ketika kita merasa belum maksimal tapi Allah mempercepat perizinannya, berhasil berhasil aja tuh. Tapi pasti Allah tahu, sejauh mana usaha yang udah kita lakuin. Ga ada hasil yang mengkhianati usaha. Semua dapat balasan atas perbuatannya masing-masing.

Sama halnya ketika gue ngisi tes ini. Gue ga cuma ngandelin satu sumber, tapi beberapa sumber. Coba jujur dan liat ke hati dan diri paling dalem. Aseek. Begitu keluar hasil yang pertama, pasti dong ga langsung percaya gitu aja, gue coba dulu sumber lain. Intinya pernah beda dan pernah juga sama. Dan itu pun ga dalam waktu yang berdekatan. Kadang lupa hasil terakhir pas mau mulai tes lagi. Ga berusaha nginget juga. Justru itu better daripada inget terus nanti pas ngisi kebayang-bayang terus secara ga sadar jadi berusaha nyocok-nyocokin.


Terus kemarin gue butuh bahan buat survey. Iseng coba-coba lagi tes MBTI ini di dua website berbeda. Satu versi Indonesia satu lagi versi Inggris. Dan hasilnya sama. Yaitu yang gue tulis jadi judul tulisan ini. ENTJ. Walaupun gue rada ga setuju sama E. Dibandingkan Ekstrovert, aku merasa orang yang dominan Introvertnya. Aku tipe yang masih betah di rumah dalam waktu yang lama. Walaupun ujung-ujungnya bosen dan pengen hangout juga. Ya kalo mau setengah-setengah juga jatohya ambivert. Ya wallahualam. Sekian.
Namaku Sabila Nur Fathiati, lahir di Bandung 18 tahun yang lalu. Tahun lalu aku lulus SMA dari salah satu SMA 'yang katanya bagus dan mungkin salah satu favorit' di kota kelahiranku. Berdasarkan pengalamanku tiga tahun sekolah di sana, aku tidak menampikkan hal tersebut. Ya bisa dibilang aku setuju dengan pernyataan tersebut. Walaupun tetap tiap sekolah pasti memiliki 'ceritanya masing-masing' yang tidak mengenakan di hati. Dan apa yang kita dengar dari orang-orang atau 'image' yang terbentuk di masyarakat tidak semuanya sesuai fakta di lapangan. Tapi dari situ aku bisa melihat sisi positif dan mengambil pelajaran darinya. Berarti sekolah itu telah berhasil memposisikan dirinya untuk selalu menjadi lebih baik. Dengan tirai dan tolak ukur yang tidak sengaja terbentuk di masyarakat membuat mereka enggan atau memilih untuk tidak melakukan hal yang tidak sesuai dan terus terpacu untuk menjadi lebih baik hingga terbentuklah ekspektasi publik bahwa mereka bisa dan layak diperhitungkan. Has someone who expect you more, make you brave and survive. Karena kalian ga mau ngecewain mereka. Pasti kalian akan terus berusaha dan berjuang untuk mencapai tujuan kalian dengan pressure yang ada.

Tapi mimpi dan impian tidak seindah kenyataan. Tidak lulus SBMPTN seolah menjadi momok menakutkan bagi para siswa kelas 12. Tidak keterima di perguruan tinggi negeri impiannya seolah menjadi hal paling memalukan bagi sebagian orang. Mereka merasa mereka telah gagal.

Ada beratus-ratus ribu orang yang mendaftar dan ingin menjadi bagian dari kampus-kampus favorit tersebut. Tapi, apakah iya tiap kampus memiliki kuota sebanyak itu? Ngga kan. Perbandingan jumlah pendafar dan daya tampung kampus pasti selalu tidak seimbang. Yaiyalah pasti dibatasi. Maka dari itu, percayalah dan yakinlah bahwa orang-orang yang diterima di kampus" itu orang pilihan. Orang yang Allah izinkan untuk mengemban amanah lebih dibandingkan orang lain. Semua seimbang kok. Ada negeri pasti ada swasta.

Aku tidak mengkatagorikan aku masuk kelompok mana, Because I'm here. In the middle. Jujur aku kecewa. Pasti. Itu manusiawi. Tapi I'm not that type of people yang lama dalam meratapi nasib. Yaudalah itu udh dilewatin, lanjut aja harus bangkit. Keep moving forward. Show must go on. Sebenernya aku ngerasa biasa aja begitu tau aku ga lolos jalur undangan. Karena udah feeling soalnya semester lima anjlok turun banget. Terus milihnya cuma satu pilihan lagi. Nekaad. Padahal orang" pada nyaranin solusi lain yang peluang aku lebih besar untuk lolos. But, I declined it. So, jadi ya itu udah pilihan aku. Karena tau SBMPTN itu susah dan aku sendiri ngerasa keteteran management waktunya, jadi ngerasa ga maksimal juga persiapannya. Pas lagi masa" intensif itu aku nothing tulus aja sih. Karena dari hasil" to jga bisa ke prediksi. Tapi bukan berarti aku ga optimis dan positive thinking. Cuma ya kayanya pikiran negatifnya dominan aja hehe.

Tadaaa. Maaf anda tidak diterima. Ngeliat tulisan itu awalnya biasa aja. Biasa feeling. Maapin aku ya Allah yang seringkali suudzon. Tapi begitu bilang ke mamah, entah kenapa haha baper jadi berkaca-kaca. Mulai deh pikiran ke mana-mana. Jadi we nangis beneran. Pengen ketawa sih sekarang kalo mengenang cerita itu. Karena budget terbatas, akhirnya aku cuma ikut tes Polban sama ITENAS. Polban ga lolos dan ITENAS keterima pilihan dua. Planologi. Ini juga sedih tapi ngakak. Aku ngundurin diri padahal udah keluar uang *****.

Ini juga sebenernya biasa aja. Yaudah terima kenyataan aku bakal kuliah di kampus ini. Tapi eeee ya dasar orang. Banyak dengerin dan nerima omongan orang. Masih inget sampe sekarang omongan tu bapak. Heuheu Ya Allah. Nyari beasiswa ceritanya. Eh bujubuneng susah amat ya nyari beasiswa swasta. Tapi sekarang sih udah lumayan banyak. Banyak nemunya yang luar negeri, akhirnya malah dijadiin alesan buat keluar. Dasar ya emang ni orang.

Singkat cerita, aku blm lolos apa". Ni buktinya masih nulis di sini wkwkwk. Gakan ada beresnya cerita aku mah. Too long and complicated lah haha. Nanti aja kalo lagi galau lagi bikin seri sepenggal kisah hidup selanjutnya yaa. Bye!