Pernah suatu ketika, seorang adik tingkat tiba-tiba menghubungiku
dan bertanya akan suatu hal. Aku lupa apa yang dia tanyakan di awal, tapi yang
kuingat setelahnya adalah pertanyaan-pertanyaan random beruntun layaknya
konsultasi wkwk dan aku menikmatinya. Selalu menyenangkan bagiku dapat
berbagi dan menjadi salah satu yang dipertimbangkan masukannya. Dalam tengah
sesi waktu itu lantas dia berucap, “kayaknya teteh ga pernah insecure
ya?” lalu jawabku tertawa. Menertawai diri bahwa aku tidak seperti yang dia
sangkakan. Layaknya manusia dan wanita pada utuhnya, aku pun bisa rapuh dan
jatuh, hanya saja mungkin aku tidak menampakkan itu di khalayak ramai. Dulu aku
pernah berada di tahap begitu peduli akan pandangan dan penilaian orang, takut
dinilai buruk. Jujur. Aku tak munafikkan hal itu. And I think everybody been
there. Tapi, seiring berjalannya waktu, pengalaman, dan kedewasaan, sedikit
demi sedikit aku belajar menjadi orang yang bodo amat akan ‘how people look
and staring at me’ dan fokus sama perbaikan diri sendiri aja. Sehingga
setelahnya, setiap melakukan sesuatu, tidak pernah lagi berpikiran bagaimana
orang memandang dan menilai. Allah tahu. Itu aja, cukup.
Keluarga, teman, sahabat, rekan bisnis, dan orang-orang yang
melingkupi dalam aktivitas sehari-hari bukanlah orang yang sebenarnya kita
kenal. Mungkin mereka jasad yang sama sepanjang waktu. Tapi hati, jiwa, ruh
yang mengisinya bisa saja berbeda. Mereka tetaplah orang yang sama berdasar
karakter genetisnya. Namun, mereka dapat berubah menyesuaikan lingkungan yang
disinggahinya. Maka, menurutku kurang tepat jika kita merasa bahwa kita paling
tahu dan kenal akan seseorang, even pasangan sendiri. Karena sejatinya
manusia dinamis, dapat berubah-ubah, maka akan ada saja hal baru yang mungkin
kita temukan dari orang-orang terdekat sekalipun. Serta, jangan pernah menaruh
harap berlebih pada makhluk, karena hanya ada kecewa didapat. Berharaplah hanya
kepada Allah, Dzat yang Maha Kekal.
Long story short, setelah sesi
itu dia menaruh jawaban-jawabanku pada statusnya, mungkin itu pengajaran yang
layak untuk orang dapatkan juga. Alhamdulillah..
Dalam realitanya, aku pun orang yang berperang, berjalan beriringan
dengan sesuatu yang kita anggap ‘insecurity’. Sampai akhirnya aku
melihat dan memahami, everybody has their own insecurity. Tak terkecuali
orang yang kita sebut idola. Tapi coba selami lebih jauh, introspeksi dan
muhasabah, ke-insecure-an itu hadir menurutku karena kita kurang
bersyukur. Bersyukur untuk segala hal yang Allah kasih untuk kita. Again,
manusia kadang berfokus pada hal yang tidak dipunya, pada sesuatu yang memang
Allah tidak menakdirkannya untuk kita mau bagaimana pun kita berusaha menuju
itu. That’s not your track dude! Maka mudah saja hidup, tidak ada rasa khawatir
dan gelisah dengan rasa syukur dan ikhlas jangan lupa.
Sikapi segalanya dengan positif dan rendah hati agar hidayah dan
pertolongan Allah selalu hadir menyapa. Tidak ada seorang pun yang dapat
menjamin dirinya akan selalu baik, maka kita perlu untuk selalu berdoa meminta
diistiqomahkan dan tidak Allah belokkan lagi pada kejahiliyahan. Semoga Allah
senantiasa genggam hati kita dalam rahman rahim-Nya.
Yuk bangkit lagi, semangat lagi, syurga tidak didapat dengan rebahan dan tenggadahan. Aku tahu kamu kuat, aku tau kamu bisa. Luv more!
0 komentar:
Posting Komentar