Ada apa dengan hari ini? Itulah pertanyaan yang muncul di kepala begitu gue nyampe di tempat gue berada sekarang. M*D Soetta. Gue terdampar di tempat yang nun jauh dari rumah. Sendirian.

Hari ini angkot demo. Dan ojek online sepertinya enggan pula menerima order. Walaupun tadi pagi gue sempet coba order dan dapet, tapi drivernya minta cancel karena takut lama nunggu karena dia kebelet pengen ke toilet. Alhasil, gue seperti biasa langsung beraksi bangunin kakak gue. Awalnya dia suka susah, kalau lagi baik, gampang, kalau lagi susah, harus dikasih alasan jitu biar dia mau gerak bangun buat anterin gue. Back to the topic.

Jadilah gue lantung-lantung di pinggir jalan nunggu angkot yang gatau bakal lewat atau ga sembari terus merefresh order ojek online yang selalu dengan tulisan "Sorry, we didn't find you a driver". Nah loh kalimatnya aja sampai hapal :(. Setelah kurang lebih gue nunggu selama satu jam, akhirnya gue mutusin nelepon orang rumah buat jemput yang sama dengan gue harus menunggu sekitar satu jam lagi :(. But, it's ok setidaknya jelas akhirnya gue bisa pulang. 

Daripada gue nunggu pinggir jalan, akhirnya gue jalan dan nemu ini tempat. Setidaknya ada tempat cozy buat nunggu walaupun gue cuma beli satu chicken wrap sama teh botol karena pengeretan lebar buat ngeluarin duit mahal untuk sekedar ayam sama nasi :(.

Begitu gue nyampe entah kenapa gue cukup merasa 'it's not my place'. Lihat sekitar, orang-orang dengan gaya dan dunianya sendiri cukup membuat gue berpikir buat orang seperti apa tempat ini sesungguhnya. Tapi harusnya ga begitu sih. Lihat jalanan Kota Bandung yang kian ramai dan gemerlap, membuat kota ini hampir mengikuti jejak langkah Jakarta ataupun New York, yang dijuluki kota yang tak pernah tidur. Sometimes kalau lagi gini gue jadi suka kangen Bandung zaman dulu. 

Hiruk-pikuk kotanya yang kini makin dihiasi dengan kemacetan. Membuat siapa saja harus bersabar dan mencoba berdamai dengan waktunya yang harus rela terbuang di jalan. Orang-orang suka menyebutnya 'tua di jalan' saking lamanya waktu yang harus dihabiskan di jalan. Contoh gue, jarak kampus-rumah jauh. Naik motor ya kurang lebih bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Tapi masalahnya gue naik angkot. Yang mengharuskan gue menempuh jarak satu setengah jam minimal tanpa macet. Kalau macet, bisa nyampe dua jam cuma di jalan doang. Waktu yang menurut gue terlalu mubazir untuk sekali perjalanan. Tapi apalah daya sebelum gue bisa motor atau (mungkin kost) gue bakal terus bertarung dengan macetnya Paris Van Java.

Mobilitas dan individualismenya yang semakin tinggi kadang membuat gue berpikir apakah Bandung masih menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali? Terlepas dari segala banyak perubahan beberapa tahun terakhir.

Kota yang tak lagi bisa dibilang aman tatkala mentari menjemput. Kota yang diliputi rasa khawatir apabila kau berjalan sendirian. Gue akui, Bandung semakin canggih dengan smart city nya, semakin cantik dengan tata kotanya, dan semakin maju menyaingi sang Metropolit bahkan lebih maju lagi. Tapi entah kenapa gue justru ingin menepi dari indahnya kisah Bandung yang pernah ada. Menepi bukan untuk pergi tapi untuk menenangkan. Ada apa dengan Bandung hari ini?