Kaca Mata Karismatik


Pertama dan utama aku mau ngucapin makasih karena chattingan kita malam itu, menjadi pembuka jalan bertahannya aku saat ini. Makasih udah mau direpotin tengah malam. Mungkin itu biasa bagimu, tapi tidak bagiku. Setidaknya obrolan singkat itu membuatku tenang bahwa aku akan baik-baik saja. Terima kasih. Semoga Allah selalu mudahkan urusanmu juga. Aamiin.

Siapa yang tak terpincut wajah rumpawan, senyum menawan, dan perawakan semampai layaknya oppa dari negeri ginseng. Begitulah kiranya first impression yang banyak orang dapati darimu, termasuk aku. Bersyukurlah karena itu sudah pemberian Allah yang melekat padamu. Tapi ada hal yang lebih dari hanya sekadar tampilan fisik yang menarik. Personality. Dan kita akan tahu mengapa, saat mengenalnya lebih dekat.

I won’t declare that I know you so well through this writing, big no. This is just snippet of your life from my perspektif yang semoga pada akhirnya dapat saling berbagi hikmah dan kebaikan di dalamnya. Syukur jikalau itu berdampak juga kepada yang membaca.

Kita sama-sama dilahirkan pada tahun krismon (krisis moneter) tepat di bulan menuju puncak kerusuhan terjadi dan hanya selisih hari. Saat itu harga-harga melambung tinggi, terjadi kelangkaan bahan pokok, dan terjadi PHK besar-besaran. Ayahku salah satu korbannya. Aku tak tahu apakah ceritamu lebih baik atau tidak, yang jelas tergambar situasi seperti apa yang terjadi saat Allah lahirkan kita ke dunia.

Tumbuh menjadi remaja biasa di kota sederhana bernama Sukabumi, kau bertekad bahwa kelak akan membangun kota masa kecilmu itu. Hingga kau putuskan untuk coba peruntungan dengan merantau ke kota besar. Empat tahun silam, seperti umumnya remaja tingkat akhir, dengan segala daya upaya kau kerahkan seluruh kemampuan agar memenuhi kualifikasi untuk diterima di universitas negeri ternama. Seketika menjadi manusia ambis padahal sebelumnya kau tak begitu. Hampir semua ujian saringan masuk kau coba tempuh meski jauh hingga ke timur pulau Jawa. Alhamdulillah Allah berikan kecukupan finansial karena tentu itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kamu beruntung.

Sampai akhirnya begitu tahu keterima di UMY, secepat kilat kau putuskan untuk mengambilnya dan meyakinkan Ibu yang meskipun kau sendiri tak yakin dengan pilihan jurusanmu. Namun meski begitu kamu maju jalan. Tapi nyatanya, realita tak sebanding keyakinan. Rendahnya prestasi menjadi bukti kamu tidak sungguh-sungguh menjalaninya. Singkat cerita, kamu ikut tes di tahun berikutnya memilih jurusanmu saat ini yang mana Allah takdirkan kita saling mengenal.

Kisah kita mungkin sejenis pada awalnya tapi kita memilih keputusan dan jalan yang berbeda. Kamu memilih untuk ‘yang penting kuliah dulu’ sedang aku memilih untuk rehat mencoba mengeksplor diri menyelami warna-warni kehidupan hingga akhirnya aku angkat tangan berserah dan berpasrah agar Allah tentukan segalanya. Bagaimana pun itu, tidak bisa dilepaskan bahwa itu bagian kisah hidup kita, perjalanan unik yang tak banyak orang lain rasakan. Kita juga akui emosi berperan besar saat itu. Waktu mendewasakan pola pikir kita.

Meski IEKI tetap bukan keinginan terbesarmu, namun jurusan ini lebih paralel terhadap minatmu di dunia politik, filsafat, dan pengembangan diri. Memulai start dengan cerdas, kamu banyak mengambil peran strategis sampai sekarang. Pun yang lain tidak merasa berkeberatan, karena memang kamulah orangnya. Masuk dalam semua lini dan kalangan, tidak sungkan membuka ruang-ruang diskusi. Mengedukasi orang untuk ‘melek politik’. Tidak diam apabila ada ke-tidakbenar-an. Aku pun tidak protes, karena Islam butuh orang-orang sepertimu. Dulu aku tak cukup mempertimbangkanmu karena topik atau ilmu yang sering diangkat aku anggap ‘masih b aja’ tapi pernah di dalam kelas menunggu dosen, kamu menghampiri dan bertanya tentang apa lupa hehe lalu bahasan kita menjadi demokratis yang kuingat sejak saat itu ‘kamu boleh juga ilmu nya lurus’ hehe sorry ya. Karena pada saat itu belum banyak orang bisa paham sampai ke arah situ. Tapi jujur kamu berkembang dan berprogres. Lanjutkan!

Merasa satu frekuensi, akhirnya kita banyak terlibat dalam kegiatan yang sama, kumpul, main bareng. Walau tidak menutup kemungkinan kita juga selang pendapat dalam banyak hal. Tapi justru itu seninya. Sama-sama ENTJ si commander tapi aku udah berkembang lagi jadi ENFP si pemenang. Udahlah kamu hebat pokoknya! Ga ada yang bisa ngalahin karismatiknya kamu walau kamu pelupa parah. Bucin juga. Baik juga suka minjemin hp buat aku searching, banyaklah plus minus kamu yang lainnya. Gausah disebutin lagi. Cukup ya udah panjang wkwk.

Pokoknya teruslah jadi pribadi yang lebih baik. Teruslah membumi. Jangan lelah menebar manfaat bagi seluas semesta. A good leader is a good servant. Jadi bekalilah diri dengan akidah yang lurus, ilmu yang cukup, dan akhlak yang memadai. Success comes when preparation meets opportunity. Semua sudah tercatat di lauhul mahfudz. Jika nanti ikhtiarmu dipertemukan dengan ketetapan Allah bahwa kelak kau akan jadi pemimpin, maka jadilah. Allah takkan salah memilih takdir. Apa yang menjadi takdirmu takkan melewatkanmu dan apa yang tidak ditakdirkan untukmu takkan menjadi milikmu. Semangat kuliah dan segala aktivitasnya. Tetaplah menjadi motivator ulung. Kalau mau berubah, pastikan berubah jadi lebih baik. Kalau lagi nyiapin nikah, sok atu serius wkwk. Aku doakan. Aku tunggu karya-karyamu dan undanganmu! Ups

0 komentar:

Posting Komentar