Pesan Pagi Hari | Final


Tapi kenapa? Kenapa pesan undangan itu datang di waktu yang tidak tepat? Perasaanku sedang tak karuan. Rasanya hanya ingin mengutuki diri yang tak berdaya atas mix condition yang terjadi, atas kecemasan yang merundung tiada henti. Ah, sudahlah aku tak mau terus larut dalam perasaan tidak mengenakan ini. Kucoba ambil nafas untuk menenangkan lalu tersenyum dan berkata pada diri, tenang, all is well. You’ve already try the best so far. Makasih udah mau bertahan dan berjuang sejauh ini. Bersyukur, keep going on and you’ll get your time someday. Insyaa Allah. Ayo kamu pasti bisa lewatin semua ini sama seperti dulu. Sabar dan ikhlas dalam proses. Semangat!! Lalu kubalas pesannya..

Dan hari ini adalah hari bersejarah bagimu. Maaf karena aku tak datang. Semoga Allah jadikan kalian keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, dan tarbiyah. Menjadi labuhan terakhirmu, pilihan terbaik menurutNya. Semoga Allah mengampuni apabila ada yang keliru dalam prosesnya. Pada akhirnya aku hanya bisa mendukungmu dan mendoakan yang terbaik. Ini kupersembahkan untukmu sebuah tulisan kecil di hari bahagiamu.

Entah sejak kapan hubungan kita terasa dekat. Yang kuingat kamu adalah orang yang menarik perhatianku setiap kali angkot oren itu menghantarkan kita menuju sekolah. Kerudung dengan ciput mika dan tas kecil di punggung. Satu dalam benakku saat itu, kok bisa muat ya ke sekolah pake tas sekecil itu? Ga bawa buku apa? Sedangkan aku bagaikan kura-kura yang selalu membawa tas ransel lengkap dengan segala bawaannya. Haha dasar.

Hingga Allah pertemukan kita dalam satu kegiatan dimana kamu menjadi ketua wanitanya. Kedekatan kian terjalin karena sinkronisasi yang alam lakukan. Kau yang tak pernah malu dan berpura-pura dengan segala kondisimu. Kau tampil apa adanya. Aku tau, ada perjuangan yang tak mudah dibalik semua itu. Namun, kau tetap tegakkan badan dan melangkah maju bahwa akan ada asa digenggam. Tak menyerah dengan segala rintangan. Itu justru menguatkanmu. Meski sempat merasa kecewa karena perlakuan sebelah mata, kau terus maju memperjuangkan pendidikanmu bagaimanapun jalannya. Tak abis pikir aku dibuatmu. Aku banyak belajar darimu.

Maaf atas segala alpa khilafku, maaf atas segala iri dengkiku. Pernahku menjaga jarak karena pertemanan yang tak berbalas. Aku tahu, itu sebuah konsekuensi. Karena kau terfokus mengejar sesuatu yang menjadi citamu yang buat kau bertahan hingga saat ini. Dan juga menjadi pilihanku untuk menerimamu dengan segala kekurangan. Aku hanya perlu waktu hingga kelapangan itu muncul. Tak apa terus memberi walau sedikit menerima. Terima kasih pernah membersamai di masa sulit. Terima kasih telah mengizinkanku menjadi saksi untuk apa yang kau raih saat ini, menjadi bagian cerita hidupmu. Teruslah pancarkan sinar yang mulai terlihat kilaunya.

Melihatmu bersanding dengan pria pilihanmu hari ini adalah buah dari segala perjuangan dan kesabaranmu selama ini. Kau layak mendapatkannya. Selamat menempuh hidup baru, selamat menjalani bahtera yang mungkin akan lebih dahsyat goncangannya. Tak mengapa karena kau tak lagi sendiri. Bahagia selalu. Doaku selalu menyertaimu.

Dariku, untukmu.

0 komentar:

Posting Komentar