Pesan Pagi Hari | Part II


Dan ternyata... you know me so well~ itu pesan dari dosen tercinta. Waw dini hari mengirimkan pesan yang beurat dan berisi itu gimana gitu ya, panjang pula. Akhirnya kucoba baca secara seksama dan memahami maksudnya. Beliau mengkritisi tugas kami yang mungkin tidak seperti yang beliau perintahkan dan harapkan. Tapi, tidak hanya sekadar mengomentari, beliau pun memberi masukan bagaimana seharusnya tugas dikerjakan. Tak mengapa, wajar karena memang benar kami tidak mengerjakan seperti yang beliau perintahkan dan hanya apa adanya disamping ketidakmengertian kami, tapi memang tugas yang diberikan tidak sedikit belum tugas yang lainnya. Jadilah kami menyepakati bersama cukup mengirimkan apa adanya.

Setelah membacanya, bingung harus merespon seperti apa, akhirnya aku tidak membalasnya. Dan sepertinya yang lain pun begitu. Hampir dibuat berkecamuk tiba-tiba. Namun, aku tak mau ambil pusing dan terlalu khawatir. Setelah membalas pesan lain yang diperlukan, akhirnya untuk mendinginkan kepala sejenak, aku pun memutuskan untuk mengambil air wudhu dan berdoa kepada Sang Pencipta. Setelah itu sambil menunggu waktu, kuputuskan untuk hiburan sejenak menonton streaming youtube. Ada beberapa video yang sedang kugemari menonton akhir-akhir ini salah satunya adalah Living Big In A Tiny House. Yang kepo tinggal search aja ya hehe. Sedang asyik menonton akhirnya waktu subuh tiba. Aku pun beranjak untuk melaksanakannya.

Melihat waktu, akhirnya ku cek kembali hp dan melihat ada beberapa pesan masuk. Kubuka lalu ku balas satu per satu. Dan ketika sedang membalas pesan, lalu ada notif muncul dan ketika ku lihat, pesan dari salah satu teman yang mungkin sudah sebulan yang lalu terakhir kita berkomunikasi. Terheran-heran, namun tidak langsung kubuka, kubereskan dahulu membalas pesan yang lebih dahulu masuk. Setelah dibuka jendela pesan, ternyata lebih dari satu pesan yang dikirimnya. Makin bertanya-tanya aku dibuatnya. Namun, entah mengapa aku hanya tertuju pada satu feeling tentang pesan yang mungkin dia kirim.

Tadaa... Benar saja ketika kubuka apa yang aku sangkakan terjadi. Flat. Muka ku mungkin tak berekspresi seperti seharusnya aku merespon. Syukur alhamdulillah, refleks ku masih mengucap syukur. Ya, temanku mengirimkan undangan pernikahannya. Tapi kenapa?

0 komentar:

Posting Komentar